Dokter Anak Tegaskan Indonesia Belum Siap Buka Kegiatan Sekolah

Kamis, 25 Juni 2020 - 16:21 WIB
loading...
Dokter Anak Tegaskan Indonesia Belum Siap Buka Kegiatan Sekolah
Dokter Anak Tegaskan Indonesia Belum Siap Buka Kegiatan Sekolah
A A A
JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa saat ini Indonesia masih belum siap untuk membuka kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di sekolah. Pasalnya, kondisi di Indonesia belum memenuhi 3 hal yakni, kasus Covid-19 anak masih tinggi, sistem kesehatan masih lemah, dan minimnya pemantauan kesehatan masyarakat (kesmas).

“Kapan dibuka sekolah? PCR kita jauh di bawah Korea Selatan dan negara lainnya, bahkan Pakistan. Ini tentu jadi kendala ketika sekolah buka, kita tidak siap. Saat ini banyak yang buka hanya andalkan rapid test, sementara rapid tidak bisa untuk diagnosis tapi endemologi. Kalau anak kita nggak mau hanya rapid, harus PCR,” kata Ketua PP IDAI Aman Pulungan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Komisi X DPR terkait kesiapan pembukaan sekolah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2020). (Baca juga: KPAI: Siswa-Guru Sekolah di Zona Hijau Juga Datang dari Zona Merah)

Aman mencontohkan, pembukaan sekolah di New South Wales, Australia. Ternyata selama satu bulan close monitoring (pemantauan jarak dekat), guru, murid, dan pegawai saling menularkan. Dari 15 sekolah, ada 18 kasus ditemukan. Padahal, hasil tes PCR saat masuk negatif tapi di tengah jalan mereka saling menularkan.

Kemudian, lanjut Aman, yang perlu menjadi pertimbangan adalah bukan hanya anak-anak yang terinfeksi tetapi juga orang dewasa dan lansia yang berada di rumah yang bisa terinfeksi. Di Singapura saja, sekolah sudah mengatur protokol kesehatan yang sangat ketat, tetapi masih ada anak yang terinfeksi karena mereka terkena di jalan, bukan di sekolah. “Tadi KPAI katakan lokasi rumah ke sekolah jadi masalah besar kalau mau buka sekolah,” ujarnya.

Karena itu, jika sekolah dibuka, maka harus juga diperkirakan peningkatan kasus, termasuk perawatan ICU dan angka kematian yang akan meningkat. Karena, penularan Covid-19 ini juga bisa melalui feses, karena dalam 1 bulan saja tinja masih bisa positif Covid-19. Bagaimana jika anak-anak buang air di sekolah dan tidak bersih, itu bisa jadi potensi penularan baru.

“Kalau pada anak, dia diare atau pup di sekolah dan ceboknya kurang bersih bisa kita bayangkan ini. Anak sekolah perkiraannya ada 60 juta di Indonesia bisa kita bayangkan berapa banyak potensi mereka tertular dan menularkan,” papar Aman.

Lalu untuk pesantren dan boarding school, Aman menjelaskan ada 19 juta anak yang akan masuk pesantren dan asrama. Hal ini sudah dirapatkan IDAI bersama dengan MUI, KPAI, dan lembaga terkait lainnya. Kalau pembukaan aktivitas di pesantren dan asrama ini tidak hati-hati, maka akan ada cluster-cluster baru karena banyak sekolah maupun pesantren di Indonesia yang anatomi atau tata letak bangunannya tidak sesuai dengan protokol Covid-19.

“Letak kamar mandi, kelas, ruang guru. Kalau 2021 mau dibuka harus dilihat mana sekolah dan pesantren yang anatominya sesuai dengan protokol Covid,” ujarnya.

Karena itu, dia menegaskan bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan sebelum sekolah dibuka yakni pertama, epidemiologi. Apakah wabah sudah terkendali. Dan ketika kasus anak masih meningkat bahkan angka yang meninggal masih meningkat, tentu Covid-19 belum terkendali.

Kedua, sistem kesehatan yang mana pihaknya masih menemukan kasus telatnya penanganan terhadap kasus anak. Ketiga, pemantauan kesmas. “Tracing dan surveillance ini baik di 5-6 provinsi, tapi tidak di semua provinsi,” tandasnya.
(nbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0203 seconds (0.1#10.140)