Kunjungan ke Vatikan: Mememupuk Persaudaraan Antarumat

Kamis, 09 Juni 2022 - 12:23 WIB
loading...
A A A
Makna dari yang disampaikan Paus tentu banyak dirasakan semua umat beragama, walaupun dengan iman lain. Menjadi tua, menjadi lemah, kehilangan vitalitas, dan tentu mendekati kematian.

Ajaran sufi dalam Islam, dan juga Buddhisme juga memperbincangkan tentang penderitaan menjadi tua. Menjadi tua bukan siksaan dan bukan musibah. Ketuaan adalah kematangan dan mungkin adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Menjadi tua adalah perjalanan pendewasaan manusia.

Paus menunjuk contoh bagaimana kakek atau nenek yang sudah tua melihat cucu-cucunya dengan cinta dan kasih. Ketuaan adalah kebijakan. Ketuaan adalah cinta kepada yang lebih muda. Ketuaan berarti telah melewati masa muda dengan berbagai cobaan kehidupan.

Kehidupan manusia ini juga sama, peradaban manusia juga berjalan menuju ketuaan. Indonesia juga mengalami penuaan. Dunia telah tua. Perjalanan persahabatan dan persaudaraan manusia juga demikian.

Perdamaian menuju ketuaan. Konflik antar mansuia bertambah kompleks dan canggih. Hadirin yang rata-rata umat Katolik meresapi dan bisa memaknai arti dari katekese itu dalam audiensi itu.

Delegasi Kementerian Agama RI diberi kesempatan untuk menghadiri upacara di lapangan Santo Petrus di depan Basilika itu. Kita beruntung duduk di depan panggung utama Paus dan setelahnya bisa menyampaikan maksud kedatangan kami jauh dari seberang sana Indonesia ke Vatikan sini.

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, manyampaikan misi penguatan persaudaraan umat Islam dan Katolik menurut perspektif Indonesia. Undangan kunjungan ke Indonesia untuk Paus disampaikan dengan maksud untuk memupuk persahabatn itu.

Ketua umum PBNU KH Cholil Yahya Staquf yang sudah lama mempunyai relasi khusus dengan para pemimpin Katolik dan terutama dengan Paus kembali menyiramkan air persaudaraan itu kembali. Persaudaraan antarumat beragama sangat penting dalam menghadapi dunia yang bertambah rumit.

Perselisihan antarumat, antarbangsa, dan bahkan antarpemimpin manusia perlu kembali pada moral. Moral perdamaian, toleransi, bekerjasama, dan persaudaraan.

Para pemimpin agama diharapkan bisa menyumbangkan moralitas keagamaan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan umat yang bertambah kompleks di era global ini. Saat ini persoalan politik, ekonomi, dan sosial membutuhkan kebijaksanaan dan moral para pemimpin umat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1792 seconds (0.1#10.140)