Radikalisme di Kampus Tanggung Jawab Seluruh Institusi Pendidikan

Kamis, 02 Juni 2022 - 18:55 WIB
loading...
A A A
"Jadi kuncinya menurut saya di situ saja, sehingga orang tidak perlu mencari cari ideologi lain, kecuali dia melaksanakan dan mengimplementasikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara ini secara baik," katanya.

Terkait kasus yang telah terlanjur terjadi di lingkungan kampus, Darmaningtyas menilai perlu dibuat kebijakan, yaitu melalui counter wacana. Kampus perlu lebih menggalakkan upaya guna memperkenalkan ideologi Pancasila secara lebih nyata kepada siswanya dan juga counter perbuatan.

"Counter perbuatannya adalah dengan mengimplementasikan ideologi Pancasila secara nyata, sehingga orang tidak lagi bermimpi tentang ideologi yang lainnya, karena Pancasila pun sudah dianggap memberikan jawaban apa yang mereka inginkan," katanya.

Ia menilai kerentanan mahasiswa sehingga mudah direkrut oleh kelompok radikal akibat adanya ketidakkonsistenan di dalam kehidupan. Pancasila hanya dianggap sebagai sebuah teori dan hafalan tanpa contoh implementasi yang jelas dan konsisten.

"Jadi ibaratnya seperti tiap hari dicekokin ideologi Pancasila, tetapi itu tidak terlihat di dalam praktik, itulah kelemahan yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk merekrut anak muda. Karena kebingungan anak muda melihat ketidakkonsistenan di situ," ujar Direktur INSTRAN (Institut Studi Transportasi) ini.

Darmaningtyas menyebut ada upaya konkret yang bisa dilakukan segenap intitusi pendidikan, baik dari tingkat pendidikan SD hingga perguruan tinggi. Hal itu guna membangun institusi Pendidikan yang nyaman untuk mengembangkan sikap moderat dan toleran serta dapat menumbuhkan nilai toleransi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

"Pertama, memberikan mata kuliah Pancasila kepada seluruh siswa di tiap tingkat Pendidikan. Kedua, mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti seni dan olahraga. Ini kan yang tidak kita sadari, baik itu kesenian ataupun olahraga itu dapat mengurangi pandangan-pandangan yang radikal," kata Alumnus Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta ini.

Menurutnya, mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seni dan olahraga penting dilakukan oleh lembaga Pendidikan. Selain belajar, siswa juga dapat membangun kebersamaan. Sebab, sikap tertutup dan enggan bersosialisasi akan mudah dipengaruhi pemikiran radikal.

Darmaningtyas berharap ada upaya serius dari pemerintah dalam merespons kasus radikalisme di lingkungan pendidikan agar tidak semakin berlarut. Misalnya melalui asistensi pendidikan Pancasila yang didahulukan dan digalakkan di awal masa pendidikan hingga berkelanjutan.

Hal tersebut seperti kebijakan yang dibuat Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno saat menjabat sebagai Rektor UGM. Kebijakan yang dibuat adalah memindahkan jadwal asistensi pendidikan agama Islam dari semester awal ke semester belakang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2228 seconds (0.1#10.140)