Optimistis atau Pesimistis Menghadapi Normal Baru, Ada di Tangan Kita
loading...
A
A
A
Cerita tentang optimisme itu bisa menjadi pintu masuk yang pas untuk membangun keyakinan diri. Dan ketika semangat tersebut muncul, langkah berikutnya yang perlu dibangun adalah menularkannya sekuat mungkin dan sebanyak mungkin pada orang-orang yang terdekat dalam lingkaran kita. Mulai dari rumah, lingkungan kerja atau usaha, dan orang-orang sekeliling lainnya yang paling intens berinteraksi dengan kita, baik secara waktu maupun kualitas interaksi.
Itulah fondasi paling dasar yang mesti dibangun sebelum kita memasuki periode awal new normal pada pekan-pekan ini. Fondasi tersebut harus dilengkapi sensor yang sensitif untuk memilah-milah dan memilih-milih informasi yang kita konsumsi setiap hari.
Menghindari yang membuat kita pesimis adalah jalan terbaik. Berita-berita pesimistis sudah bisa kita endus dari judul yang kita lihat saat kita membaca pertama kali.
Beruntunglah kita bahwa gawai pintar sudah menyediakan pilihan berita mana yang akan kita baca dan mana yang akan kita abaikan. Berbeda dengan era ketika media cetak dan televisi masih menjadi arus utama sehingga kita tidak punya pilihan bacaan atau tontonan yang lebih variatif. Semua yang diproduksi oleh media-media tersebut, mau tak mau, harus kita telan dan menimbulkan reaksi pada alam berpikir dan mental kita.
Era new normal juga ditandai dengan perubahan pola kerja dengan istilah baru work from home (WFH) menjadi kian populer karena tidak semua pekerja dapat kembali bekerja dari kantor (work from office/WFO) setelah memasuki era normal baru. Pola kerja tersebut akan semakin melengkapi dan menjadi pilihan banyak korporasi dan organisasi sebagai respons terhadap pembatasan sosial dan jaga jarak baik di tempat-tempat publik maupun tempat kerja.
Dengan pola kerja yang mengombinasikan WFH dengan WFO, koordinasi dan komunikasi berbasis pertemuan virtual seperti Zoom, MS Teams, Google Meet, dan sebagainya akan menjadi budaya dan model kerja baru. WFH ataupun WFO akan memberikan kontribusi yang menuju keseimbangan baru dalam korporasi atau organisasi.
Standar proses bisnis dan operasi perusahaan atau organisasi dalam kondisi new normal tak lain adalah budaya baru kesehatan, produktivitas, dan interaksi sesama pegawai (sebagai makhluk sosial) tetap dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat. Maka, pilihan untuk menjadi optimistis atau pesimistis, lagi-lagi, bukan berada atau tergantung dari orang lain atau sumber di luar kita. Semuanya tergantung pada diri kita dan cara kita mengelolanya.
Itulah fondasi paling dasar yang mesti dibangun sebelum kita memasuki periode awal new normal pada pekan-pekan ini. Fondasi tersebut harus dilengkapi sensor yang sensitif untuk memilah-milah dan memilih-milih informasi yang kita konsumsi setiap hari.
Menghindari yang membuat kita pesimis adalah jalan terbaik. Berita-berita pesimistis sudah bisa kita endus dari judul yang kita lihat saat kita membaca pertama kali.
Beruntunglah kita bahwa gawai pintar sudah menyediakan pilihan berita mana yang akan kita baca dan mana yang akan kita abaikan. Berbeda dengan era ketika media cetak dan televisi masih menjadi arus utama sehingga kita tidak punya pilihan bacaan atau tontonan yang lebih variatif. Semua yang diproduksi oleh media-media tersebut, mau tak mau, harus kita telan dan menimbulkan reaksi pada alam berpikir dan mental kita.
Era new normal juga ditandai dengan perubahan pola kerja dengan istilah baru work from home (WFH) menjadi kian populer karena tidak semua pekerja dapat kembali bekerja dari kantor (work from office/WFO) setelah memasuki era normal baru. Pola kerja tersebut akan semakin melengkapi dan menjadi pilihan banyak korporasi dan organisasi sebagai respons terhadap pembatasan sosial dan jaga jarak baik di tempat-tempat publik maupun tempat kerja.
Dengan pola kerja yang mengombinasikan WFH dengan WFO, koordinasi dan komunikasi berbasis pertemuan virtual seperti Zoom, MS Teams, Google Meet, dan sebagainya akan menjadi budaya dan model kerja baru. WFH ataupun WFO akan memberikan kontribusi yang menuju keseimbangan baru dalam korporasi atau organisasi.
Standar proses bisnis dan operasi perusahaan atau organisasi dalam kondisi new normal tak lain adalah budaya baru kesehatan, produktivitas, dan interaksi sesama pegawai (sebagai makhluk sosial) tetap dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat. Maka, pilihan untuk menjadi optimistis atau pesimistis, lagi-lagi, bukan berada atau tergantung dari orang lain atau sumber di luar kita. Semuanya tergantung pada diri kita dan cara kita mengelolanya.
(poe)