Perkuat Nilai Luhur Pancasila di tengah Pandemi Corona

Jum'at, 12 Juni 2020 - 09:15 WIB
loading...
Perkuat Nilai Luhur...
Indonesia dinilai menghadapi kesulitan tersendiri untuk memantau setiap pergerakan orang yang mungkin saja membawa ideologi lain karena wilayah kepulauan yang demikian luas. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dalam sejarah bangsa Indonesia, ideologi impor dan transnasional kerap diinfiltrasi untuk menggoyahkan pilar-pilar bernegara. Tidak ada satu pun yang bisa ditoleransi dari ideologi lain untuk bisa masuk di negara ini karena komitmen kebangsaan adalah menjaga Pancasila dari ancaman ideologi apa pun.

Menurut Anggota Komisi X DPR, Dede Yusuf Macan Effendi, tidak bisa dipungkiri dengan situasi di tengah pandemi Covid-19 saat ini mungkin ada juga kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan situasi ini untuk menyebarkan paham-paham ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia .

Apalagi kalau ideologi tersebut disebarkan ke masyarakat awam. “Karena bagaimana pun di seluruh dunia juga begitu. Ketika ada kondisi tanggap darurat pasti ada yang menafaatkan kesempatan ini. Tapi menurut saya di masyarakat awam sendiri saat ini ideologi-ideologi lain atau ideologi impor itu sampai saat ini tidak terlalu kelihatan di masyarakat. Orang awam menurut saya tidak mendalami dan tidak memahami adanya ancaman hal tersebut,” ujar Dede Yusuf di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Karena menurut Dede, pasti ada saja kelompok-kelompok yang memanfaatkan kelengahan pemerintah untuk sesuatu yang mungkin saja digunakan untuk menyerang pemerintah, meski dirinya mengaku tidak terlalu membaca situasi tersebut.

“Saya sendiri tidak terlalu membaca situasi seperti itu, tetapi saya lebih membaca kepada peta sosial dan ekonomi serta kesehatan masyarakat agar kita bisa survive dalam kondisi pandemi. Tetapi kita sebagai warga negara harus tetap awas dan waspada untuk mencegah masuknya ideologi impor itu ke masyarakat awam. Seluruh komponen bangsa harus terus mensosialisasikan dan menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila itu ke masyarakat awam,” tutur anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat ini.

Kendati demikian mantan Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut meyakini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai leading sector penanggulangan terorisme di Indonesia lebih jeli melihat adanya perang ideologi transnasional khususnya di media sosial (medsos).

“Kalau ada perang ideologi kanan maupun ideologi kiri yang bersifat impor itu khususnya di medsos saya yakin BNPT lebih jeli memantau hal tersebut. Hanya pesan saya kepada pemerintah jangan anti di kritik. Karena saat ini orang dengan keterbatasan yang ada pasti keluh kesahnya banyak, nah kita harus menjawab hal itu dengan menjelaskan langkah-langkah apa yang akan dilakukan. Jangan setiap orang yang mengkritik lalu besoknya, katakanlah dia diproses, jangan sampai seperti itu,” tuturnya.

(Baca Juga: Presidential Threshold Tetap Perlu Ada, tapi Tak Setinggi Sekarang)

Dia meyakini ideologi lain itu pada akhirnya akan tetap kalah melawan Pancasila.Hal ini karena sejak awal Pancasila telah menjadi ruh dari bangsa Indonesia itu sendiri. Apalagi Pancasila ini mencerminkan sikap semangat gotong royong dan saling membantu antar sesama warga negara dan umat manusia sehingga masyarakat bangsa Indonesia hingga saat ini masih tetap kuat dan bersatu.

“Saya sendiri dalam usia yang 50 tahun ini belum pernah melihat kejadian yang seperti hari ini, Indonesia yang bisa bergerak bersama-sama dalam melakukan bantuan-bantuan kemanusiaan. Semua orang bergotong royong membagikan sembako, menyemprot disinfektan pada saat pemerintah kelabakan. Jadi menurut saya warga Indonesia ini sangat Pancasilais ketika memiliki kesulitan yang sama,” tuturnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1376 seconds (0.1#10.140)