Skeptis Kunci Bermedsos yang Bijaksana dan Menekan Hoaks

Senin, 25 Oktober 2021 - 12:33 WIB
loading...
Skeptis Kunci Bermedsos yang Bijaksana dan Menekan Hoaks
Ditjen APTIKA Kemenkoinfo menggelar diskusi hybrid Seminar Literasi Digital dengan tema Literasi Digital di Masa Pandemi: Bijak Bersosmed Menanggapi Misinformasi COVID-19, beberapa waktu lalu. Foto/Dok. SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sikap skeptis merupakan kunci masyarakat dalam menggunakan media sosial ( medsos ) yang bijaksana. Sikap ini sebagai upaya meredam penyebaran berita hoaks .

“Tapi skeptis sehat. Artinya kita harus mencari tahu kebenarannya sebelum menyebarkan. Kedua, kita harus waspada dan cek latar belakang peneliti atau keahliannya dan berpikir, untuk menerima perubahan seputar pandemi Covid-19. Kita harus selalu awas terhadap klaim yang berlebihan,” kata Anggota DPR Lisda Hendrajoni dalam diskusi hybrid Seminar Literasi Digital dengan tema Literasi Digital di Masa Pandemi: Bijak Bersosmed Menanggapi Misinformasi COVID-19, beberapa waktu lalu.

Kemudian, ketiga cermat dan analisa. Apakah isi berita ini sama dengan judul beritanya. Apakah yang dibagikan sudah bermanfaat untuk orang lain. “Tiga hal ini selain membentengi diri kita sendiri dari misinformasi Covid-19, tapi juga membuat penanganannya menjadi lebih baik,” ujar Anggota Komisi VIII tersebut.

Narasumber lainnya, Wasekjen DPP GP NasDem, Ahmad Kaelani menambahkan, pentingnya terus menyebarkan dan memahami literasi digital bagi seluruh penghuni ruang digital hari ini. Yang dimaksud kecakapan literasi digital adalah kemampuan membaca, mengevaluasi, mengelola yang bersifat komunikasi dan informasi.

“Ada kemampuan digital culture, kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” tuturnya.

Menurutnya, sering orang dalam bermedia sosial tidak menerapkan nilai-nilai kebangsaan. Kemudian yang tak kalah pentingnya digital ethics. Yaknu kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital.

Terakhir digital safety. Ini merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisa, menimbang dan meningkatkan kesadaran digital dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Acara ini digelar Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen APTIKA) Kemenkoinfo . Topik ini diangkat narena meningkatnya misinformasi sepanjang masa pandemi dua tahun terakhir. Merujuk pada data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), jumlah misinformasi atau informasi hoaks selama pandemi meningkat hingga lebih dari 2.000 kasus, dengan 34% misinformasi seputar Covid-19.

Hal tersebut juga berbanding lurus dengan meningkatnya pengguna media sosial di Indonesia, tercatat ada lebih dari 10 juta pengguna media sosial baru yang bertambah hanya selama pandemi. Sehingga, pengguna media sosial di Indonesia pada 2021 mencapai 61,8% dari penduduk Indonesia.

Komitmen Ditjen APTIKA melalui Gerakan Nasional Literasi Digital akan terus dijalankan. Tujuannya menegakkan empat pilar utamanya yakni etis bermedia digital, aman bermedia digital, cakap bermedia digital, dan budaya bermedia digital.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1867 seconds (0.1#10.140)