Pernah Menghancurkan Palu, Ilmuwan Identifikasi Tsunami Baru yang Berbahaya

Sabtu, 08 Mei 2021 - 18:01 WIB
loading...
Pernah Menghancurkan Palu, Ilmuwan Identifikasi Tsunami Baru yang Berbahaya
Ilmuwan menyebut kalau tsunami baru itu pernah menghancurkan Kota Palu yang dipicu gempa magnitudo 7,5 pada tahun 2018 lalu. Foto/dok
A A A
JAKARTA - Para ilmuwan telah mengidentifikasi risiko tsunami baru yang berpotensi menghancurkan kota-kota di pesisir di dunia. Ilmuwan menyebut kalau tsunami baru itu pernah menghancurkan Kota Palu yang dipicu gempa magnitudo 7,5 pada tahun 2018 lalu.

Sebelumnya, ilmuwan memperkirakan bahwa gempa bumi pada patahan strike-slip dapat menghasilkan tsunami besar jika dipicu tanah longsor di bawah air. Namun melalui beberapa pemodelan terperinci dan dengan bantuan superkomputer Blue Waters, para ilmuwan telah menunjukkan poteni bahanya jauh lebih besar.



Faktanya, gerakan lateral dan energi yang dihasilkan pada sesar-sesar strike-slip dapat menghasilkan energi tsunami yang signifikan. Ini seperti mengocok secangkir air dari sisi ke sisi, kata para peneliti.

"Model berbasis fisika yang digunakan dalam studi ini memberikan wawasan kritis tentang bahaya yang terkait dengan sesar yang bergerak," kata insinyur sipil Mohamed Abdelmeguid dari University of Illinois di Urbana-Champaign seperti dikutip Sciencealert.

Para peneliti menemukan, tsunami baru itu muncul jika terjadi gempa 'intersonik'. Ini merupakan suatu peristiwa di mana pergerakan di garis patahan lebih cepat daripada gelombang geser seismik yang dihasilkan di kerak bumi.

Kota-kota pesisir di dekat patahan strike-slip beresiko, terutama bila patahan melintasi teluk pedalaman; seperti Teluk San Francisco, Teluk Izmit di Turki, dan Teluk Al-Aqaba di Mesir.



Pada dasarnya, batas teluk sempit ini semakin didorong dan ditarik. Itu mengarah pada tiga fase yang bergabung bersama: gerakan awal dan gelombang kejut, perpindahan air selama gempa bumi, dan pergerakan gelombang tsunami yang dihasilkan.

Setiap fase dapat berkembang secara berbeda tergantung pada kondisi lokal. "Masing-masing fase ini akan memiliki efek yang berbeda tergantung pada geografi unik dari tanah di sekitarnya dan batimetri teluk," kata insinyur sipil Ahmed Elbanna.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1391 seconds (0.1#10.140)