Ditanya Jokowi soal Filosofi Ki Hajar Dewantara, Nadiem Jawab Merdeka Belajar

Minggu, 02 Mei 2021 - 19:55 WIB
loading...
Ditanya Jokowi soal Filosofi Ki Hajar Dewantara, Nadiem Jawab Merdeka Belajar
Presiden Jokowi saat berbincang dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam podcast yang disiarkan di kanal Youtube Kemdikbud RI, Minggu (2/5/2021). FOTO/CAPTURE/YOUTUBE
A A A
JAKARTA - Memperingati Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ) 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar podcast antara Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) dengan Mendikbudristek Nadiem Makarim (Mas Menteri).

Dalam pembukaannya, Nadiem menanyakan kepada Jokowi mengenai makna Hardiknas. Saat baru menjawab, Jokowi justru balik menanyakan kepada Mas Menteri mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara.

"Coba saya ingin bertanya kepada Mas Menteri apa filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkenal di dunia pendidikan?," tanya Jokowi dalam podcast yang disiarkan di kanal Youtube Kemdikbud RI, Minggu (2/5/2021).

Baca juga: Cara Belajar Jokowi yang Patut Ditiru, Pantang Menyerah dan Suka Berkompetisi

Nadiem menjawab, filosofinya sama dengan Merdeka Belajar sebagaimana yang baru saja dijelaskan presiden. Satu lagi dalam berbahasa Jawa, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tutwuri Handayani, yang artinya di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, dan di belakang memberi dorongan.

"Jadi esensinya, jiwa kepemimpinan dari pendidik itu luar biasa pentingnya. Konsep gotong-royong yang sudah kita buahkan dalam profil pelajar Pancasila itu sebenarnya arah merdeka belajar Pak Presiden," katanya.

Kemudian, Jokowi mengulang filosofi dari Ki Hajar Dewantara itu. Menurutnya, semua harus mengingat filosofi ini.

Baca juga: Peringatan Hardiknas, Jokowi: Pendidikan Harus Memerdekakan Rakyat

Nadiem pun mengamini pernyataan Jokowi. Ia pun menggunakan analogi sekolah. Sekolah di depan yang sudah maju sebagai sekolah penggerak, mereka yang memimpin dan menjadi teladan. Sekolah di tengah, mereka membimbing kelasnya, melakukan transformasi di dalam, dan sekolah di belakang itu diberikan dorongan dan mereka harus meminta ke dinas ke pemerintah untuk meminta dibantu meng-upgrade.

"Jadi itu salah satu filsafat gotong-royong, tetapi ekosistemnya yang dikuatkan. Jadi itu menurut saya pak yang terpenting. Tapi menurut saya, saya sangat setuju bahwa kemerdekaan berpikir, kemerdekaan berkarya, kemerdekaan bertanya, itu yang impian kami di kelas-kelas kita, sehingga anak-anak bisa merdeka dalam jadi apapun sesuai minat dan bakat," kata Nadiem.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4427 seconds (0.1#10.140)