Teka-Teki Menteri Investasi, Ini Kata Politisi PDIP Mufti Anam

Rabu, 21 April 2021 - 07:54 WIB
loading...
Teka-Teki Menteri Investasi, Ini Kata Politisi PDIP Mufti Anam
Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam
A A A
SURABAYA - Presiden Joko Widodo akan membentuk Kementerian Investasi dalam perombakan kabinet yang dikabarkan akan dilakukan tidak lama lagi. DPR RI juga telah menyetujui pembentukan Kementerian Investasi sebagai lembaga baru hasil pengembangan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Teka-teka siapa yang akan menjadi menteri investasi terus mengemuka. Sejumlah nama disebut, mulai dari Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, politisi NasDem Rapsel Ali, dan Ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU) Witjaksono.

Baca juga: Jalur Menuju Bromo Ambles, Wisatawan Diharap Hati-hati

Anggota Komisi VI DPR RI yang membidang investasi, Mufti Anam, mengatakan, pembentukan lembaga baru Kementerian Investasi patut didukung sebagai upaya mengakselerasi pertumbuhan sektor investasi yang terjaga cukup baik di masa pandemi COVID-19.

”Pandemi ibarat jeda sejenak, negara mana yang kemudian berlari lebih cepat dalam menggerakkan ekonomi melalui investasi, itu pemenangnya,” ujar Mufti, Rabu (21/4/2021).

Baca juga: Korban Kebakaran Kilang Minyak Balongan Bertambah, Pelajar SMA Meninggal Setelah Dirawat 23 Hari

Terkait siapa nama yang layak sebagai menteri investasi, politisi PDIp tersebut menegaskan, hal itu wewenang penuh Presiden Jokowi. Namun, Mufti menyebut ada sejumlah kriteria yang bisa dijadikan pertimbangan oleh presiden.

”Kalau soal nama, itu hak presiden. Tapi saya yakin presiden memilih sosok yang memang punya kriteria tertentu. Pertama, kompeten di sektor pengembangan investasi. Kedua, punya track record, terbukti bisa bekerja dan mau turun ke lapangan menyelesaikan masalah. Ketiga, mampu bekerja cepat karena kita memang butuh banyak percepatan agar investasi bisa terus tumbuh membuka lapangan kerja,” jelas politisi muda itu.

Mufti menjelaskan, salah satu kunci pemulihan ekonomi di masa pandemi ini adalah meningkatnya investasi. Pada 2020, realisasi investasi di Tanah Air cukup baik di tengah pandemi, yaitu naik dari Rp809,6 triliun pada 2019 menjadi Rp826,3 triliun pada 2020. Investasi itu terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) 48,9% dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 50,1%. “Yang juga perlu menjadi catatan adalah mulai meratanya sasaran penanaman modal,” terangnya.

Berdasarkan data BKPM, sepanjang 2016-2020 investasi di luar Jawa terus menggeliat. Pada 2016, proporsi realisasi investasi di Jawa mencapai 53,6%. Sedangkan di luar Jawa mencapai 46,4%. Dari tahun ke tahun, proporsi Jawa dan luar Jawa semakin seimbang, bahkan mulai terjadi pembalikan. Pada 2020, investasi luar Jawa melampaui investasi di Jawa menjadi 50,5%. Sementara investasi di Jawa mencapai 49,5%.

”Ke depan ini harus terus dijaga, demi pemerataan ekonomi, demi lahirnya sentra-sentra baru pertumbuhan ekonomi, dan demi gagasan besar Indonesia Sentris. Bukan Jawa Sentris, yang dikumandangkan Presiden Jokowi,” jelas politisi asal daerah pemilihan Pasuruan-Probolinggo tersebut.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1599 seconds (0.1#10.140)