DPRD Jatim Usut Kematian Tenaga Kesehatan Blitar Usai Divaksin COVID-19

Rabu, 24 Februari 2021 - 14:24 WIB
loading...
DPRD Jatim Usut Kematian Tenaga Kesehatan Blitar Usai Divaksin COVID-19
Anggota DPRD Jatim Heri Romadlon.Foto/SINDOnews/Solichan Arif
A A A
BLITAR - DPRD Provinsi Jawa Timur akan meminta penjelasan penyebab kematian salah seorang tenaga kesehatan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar usai divaksin. Sejak meninggal dunia 14 Februari lalu, penyebab kematian Erny Kusuma Sukma Dewi (33) hingga hari ini belum terungkap.

"Kami akan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur maupun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar," ujar Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PAN Heri Romadlon kepada Sindonews.com, Rabu (24/2/2021).

Baca juga: Usai Divaksin Nakes di Blitar Meninggal Positif COVID-19, DPRD: Masyarakat Bisa Takut

Nakes Erny meninggal dunia pada 14 Februari lalu. Sebelum meninggal, Erny sempat mengalami gejala sakit panas dan sesak paska disuntik vaksin. Erny yang dinyatakan lolos screening, disuntik vaksin tahap pertama pada 28 Januari.

Pada 6 Februari atau sembilan hari paska vaksinasi, tiba tiba muncul panas disertai sesak nafas, dan setelah menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya meninggal dunia. Hasil swab test sebelum meninggal dunia, nakes Erny dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19.

Belum diketahui pasti dari mana yang bersangkutan bisa terpapar. Heri berharap, segera ada kejelasan dari hasil investigasi yang telah dilakukan dinas kesehatan. Apakah yang bersangkutan meninggal dunia akibat vaksin yang masuk ke dalam tubuhnya, atau karena ada sebab lain.

Baca juga: Para Penyintas COVID-19 Kini Boleh Divaksin, Tapi Ada Syaratnya

"Ini untuk memperoleh investigasi dari penyebab kematian," kata Heri Romadlon yang juga bendahara DPW PAN Jawa Timur. Sementara Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar Endah Woro Utami mengatakan belum mengetahui penyebab kematian nakes Erni.

Termasuk dari mana nakes Erni terpapar COVID-19 paska disuntik vaksin, Woro juga mengaku belum tahu. Ia hanya memastikan nakes Erni termasuk orang orang yang lolos screening vaksinasi. Meski tergolong obesitas, yang bersangkutan dinyatakan sehat, serta tidak memiliki penyakit penyerta.

Woro juga menandaskan, sembilan hari paska suntikan vaksin pertama, imun atau antibodi tubuh belum terbentuk. Siapapun masih bisa terpapar COVID-19. "Kalau terpapar dari mana kita tidak tahu. Karena riwayatnya pernah pergi juga," kata Woro menjelaskan.

Woro juga mengatakan, telah menyerahkan kasus kematian nakes Erny paska vaksinasi tersebut ke Provinsi Jatim. Semua kronologis kejadian, kata dia, sudah diserahkan ke provinsi. Hingga kini pihaknya juga belum mengetahui penyebab kematian. "Segala analisis dan kemungkinan kita kembalikan ke ahlinya, dalam hal ini provinsi," terang Woro.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)