Peran Fatayat NU Dinilai Penting dalam Bendung Paham Radikal

Rabu, 30 Desember 2020 - 22:41 WIB
loading...
Peran Fatayat NU Dinilai Penting dalam Bendung Paham Radikal
Sarasehan Kebangsaan BNPT bersama Forum Daiyah Fatayat (Fordaf) NU Provinsi Jawa Barat yang berlangsung di The Jayakarta Hotel, Bandung, Selasa 29 Desember 2020 siang. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Peran dan keberadaan organisasi massa (ormas) wanita seperti Fatayat NU sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk menekan berkembangnya paham ideologi radikalisme yang berujung pada tindakan terorisme.

Dalam upaya memberantas tersebarnya radikalisme dan terorisme, negara membutuhkan mitra seperti Fatayat NU sebagai organisasi keagamaan yang mengakar di masyarakat.

Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar saat menjadi keynote speechnya pada acara Sarasehan Kebangsaan BNPT bersama Forum Daiyah Fatayat (Fordaf) NU Provinsi Jawa Barat yang berlangsung di The Jayakarta Hotel, Bandung, Selasa 29 Desember 2020 siang.

“Fatayat NU tentu sebagai daiyah-daiyah yang berada di tengah-tengah masyarakat yang sehari-hari bertemu masyarakat pada level RT/RW, desa/ kelurahan dan kecamatan diharapkan menjadi pelopor dalam membangun atau memelihara semangat spiritual Islam yang senantiasa menyandingkan dengan semangat nasionalisme dan semangat kebangsaan,” ujar Boy Rafli.( )

Karena menurut dia, hal tersebut sebagai bentuk belnegara umat Islam yang nyata-nyata bela negara adalah hak warga negara, kewajiban warga negara yang diatur dalam konstitusi negara yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

“Jadi ada kontrak kebangsaan yang tidak bisa dihindari. BNPT lebih banyak sebagai fasilitator dengan semua pihak untuk mengajak kepada semua pihak untuk terus meningkatkan kepedulian yang ditunjukkan. Karena biar bagaimanapun keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI )ini tidak boleh terganggu dari masa ke masa,” ujar mantan Waka Lemdiklat Polri ini.( )

Artinya, lanjut alumni Akpol tahun 1988 itu, hal ini adalah merupakan warisan leluhur yang harus selalu dijaga dan diturunkan kepada para generasi penerus bangsa. Semua para sahabat daiyah Fatayat NU ini juga memiliki keluarga, sehingga perlu untuk dibangun juga ketahanan keluarga, seperti ketahanan di bidang ideologi, sosial, budaya.

“Karena saat ini penetrasi budaya dari luar yang tidak mencerminkan jati diri keindonesiaan, seperti nilai-nilai yang datang dari luar dan pihak-pihak tertentu sebagai wadah semacam perang proxy yang mengingingkan Indonesia ini tidak menjadi bangsa yang maju,” kata mantan Kapolda Papua ini.

Dia menjelaskan, selama ini radikalisme dan terorisme selalu mengatasnamakan agama Islam dalam menyebarkan pahamnya. Padahal Islam sendiri mengajarkan kasih sayang. Mereka para teroris radikalis juga sering menyerang simbol simbol negara. Kegiatan mereka bertentangan dengan hukum negara dan Islam itu sendiri.

“Para pendahulu kita, para pendiri negara, para kyai dan ulama serta santri yang turut serta berjuang mendirikan negara. Kecintaan terhadap Tanah Air adalah sebagian dari iman. Beliau-beliau jelas jelas mewariskan empat pilar berbangsa dan bernegara seperti yang kita kenal. UUD 1945, NKRI, Bhinekka Tunggal Ika, dan Pancasila. Hingga kita bisa hidup rukun dan damai dalam bingkai toleransi,” ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)