Komunitas Agama dan Ormas Diminta Aktif Kampanyekan Penanganan Covid-19

Kamis, 26 November 2020 - 08:10 WIB
loading...
Komunitas Agama dan Ormas Diminta Aktif Kampanyekan Penanganan Covid-19
Upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 yang dilakukan Satgas Penanganan Covid-19 bersama seluruh unsur lapisan masyarakat di tanah air sejauh ini sudah cukup baik. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 yang dilakukan pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 bersama seluruh unsur lapisan masyarakat di tanah air sejauh ini sudah cukup baik. Namun, upaya ini terasa sia-sia menyusul maraknya kerumunan yang mendatangkan massa dalam jumlah besar.

Komunitas Agama dan Ormas Diminta Aktif Kampanyekan Penanganan Covid-19


Berdasarkan pengamatan KORAN SINDO, ada sejumlah kerumunan besar yang belakangan jadi sorotan, dari kerumunan aksi demonstrasi, kampanye pilkada, pesta pernikahan, hingga kerumunan terkait kegiatan keagamaan. Hal yang memprihatinkan, kerumunan tersebut cenderung mengabaikan protokol kesehatan, tidak memakai masker, dan menjaga jarak. (Baca: Jangan Lupakan Doa Ini di Pagi Hari)

Pemerintah sudah berulang kali mengimbau untuk sebisa mungkin menghindari kerumunan. Teguran secara lisan hingga sanksi administrasi sampai pembubaran sebuah acara yang mendatangkan kerumunan massa sudah kerap dilakukan. Namun, memang upaya ini tidak mudah, apalagi jika kerumunan tersebut terkait kegiatan keagamaan. Padahal, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta saja, tercatat ada 17 kluster Covid-19 dari kegiatan keagamaan dan rumah ibadah, dengan total 236 kasus. Data secara kumulatif ini dikumpulkan sejak Mei sampai November 2020.

“Saat ini kita coba melihat beberapa kondisi, apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari beberapa aktivitas yang mengumpulkan orang dalam jumlah banyak. Saat ini contohnya temuan Dinkes Provinsi DKI Jakarta yang dikategorikan ke dalam rumah ibadah, kegiatan keagamaan, asrama, maupun pesantren,” ungkap Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah dalam diskusi “Covid-19 dalam Angka: Pembelajaran dari Cluster di Indonesia” di Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Dewi pun mengingatkan, kegiatan dilaksanakan dengan jumlah banyak dan tidak melaksanakan protokol kesehatan akan berimbas pada terjadinya penularan Covid-19 . “Lagi-lagi, ketika dilaksanakan adanya jumlah orang bertemu dengan jumlah banyak, protokol harus diterapkan. Kalau tidak, dapat berimbas pada terjadinya penularan. Ini tidak pandang bulu, ini sebenarnya (penularan Covid-19 bisa terjadi) di mana saja,” paparnya. (Baca juga: Bantuan Subsidi Upah Guru masih Bisa Diambil Sampai Juni 2021)

Sejauh ini kegiatan keagamaan yang banyak menimbulkan kluster adalah tahlilan dan takziah. Dari kegiatan tahlilan dan takziah di DKI Jakarta ditemukan 7 kluster dengan total 69 kasus. “Satu hal yang saya highlight sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan keagamaan seperti tahlilan dan takziah. Jadi ada orang yang meninggal begitu ya terus dilayat. Entah jaga jarak diterapkan atau tidak,” katanya.

“Jadi, ini lagi-lagi yang harus kita waspadai ketika melaksanakan kegiatan keagamaan, mau bentuknya seperti pengajian, misalnya, atau kegiatan seperti melayat orang yang sudah meninggal, ini harus dipastikan protokol (kesehatan) tetap diterapkan. Tidak bisa dengan kita merasa ‘ah dia kan tetangga saya, dia juga bukan meninggal karena Covid-19, misalnya’. Kita tidak boleh lengah dan harus tetap menerapkan 3M,” ajak Dewi.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, sinergi dengan komunitas agama maupun organisasi masyarakat (ormas) adalah prinsip utama bagi pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19. Peran serta mereka dibutuhkan bagi Satgas Penanganan Covid-19 dalam melakukan komunikasi publik. Bahkan sejak awal pandemi Satgas senantiasa berusaha melakukan komunikasi publik yang spesifik terhadap beragam karakteristik masyarakat. Karena hal ini tidak akan berjalan optimal jika prosesnya tidak melibatkan gate keeper, dalam hal ini komunitas dan ormas. (Baca juga: Pesona Jatiluwih Masih Bisa Dinikmati saat Pandemi)

Satgas Penanganan Covid-19 juga memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), serta beberapa ormas lain yang membantu meringankan beban pemerintah dengan menyampaikan satu narasi, yaitu "Tekan Penularan Covid-19 dengan Protokol Kesehatan" yang disesuaikan dengan rincian kegiatan mereka masing-masing.

“Kami berharap semakin banyak komunitas di masyarakat yang bisa tergerak untuk bekerja sama dengan pemerintah, untuk sama-sama membangun kedisiplinan masyarakat yang dapat dimulai dari lingkungan masing-masing. Kami tekankan, Satgas Covid-19 terbuka dengan semua kerja sama, khususnya terkait untuk menyosialisasikan pentingnya protokol kesehatan," ujar Wiku saat memberi keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Kantor Presiden, Selasa (24/11), yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Selain itu, secara rutin Satgas Covid-19 pusat berkomunikasi dengan satgas Covid-19 di setiap daerah dan selalu menekankan prinsip nondiskriminatif, sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam melakukan penanganan pandemi Covid-19, satgas daerah harus berprinsip teguh untuk melakukan upaya pengendalian tanpa pandang bulu. Termasuk saat melakukan penjaringan kasus dengan melakukan testing (pemeriksaan) dan tracing (pelacakan) terhadap siapa pun yang mengikuti kegiatan kerumunan. (Lihat videonya: KPK Tangkap Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno-Hatta)

Saat ini, beberapa daerah sedang melakukan penjaringan dan Satgas pusat masih memantau perkembangannya. Bukti konkret yang dilakukan Satgas adalah membantu memenuhi ketersediaan alat rapid test dan swab antigen. Mirisnya, kebanyakan penderita Covid-19 tidak bergejala biasanya berusia muda dan memiliki potensi menularkan kepada orang di sekitarnya, termasuk di rumahnya.

“Untuk itu, para orang tua, pihak RT/RW setempat diminta menyampaikan pesan kepada kaum muda yang berpartisipasi dalam kegiatan kerumunan agar mau mengikuti tes pemeriksaan. Ingat, seseorang yang terlihat sehat bukan berarti mereka terbebas dari Covid-19 karena ada kasus positif yang tidak menampakkan gejala apa pun," ucap Wiku. (Binti Mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1489 seconds (0.1#10.140)