Satgas: Ada 17 Klaster COVID-19 dari Kegiatan Keagamaan di DKI Jakarta

Rabu, 25 November 2020 - 14:54 WIB
loading...
Satgas: Ada 17 Klaster COVID-19 dari Kegiatan Keagamaan di DKI Jakarta
Ketua bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan dari data yang Dinkes Provinsi DKI Jakarta tercatat ada 17 klaster COVID-19 dari kegiatan keagamaan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19 , Dewi Nur Aisyah mengatakan dari data yang Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tercatat ada 17 klaster COVID-19 dari kegiatan keagamaan .

“Jadi saat ini kita coba melihat beberapa kondisi pelajaran yang bisa kita ambil dari beberapa aktivitas yang mengumpulkan orang dalam jumlah yang banyak ya, saat ini ini adalah contoh temuan kasus yang ditemukan oleh Dinkes Provinsi DKI Jakarta yang dikategorikan ke dalam rumah ibadah, kegiatan keagamaan, asrama, maupun pesantren,” ungkap Dewi dalam diskusi “COVID-19 Dalam Angka: Pembelajaran Dari Cluster di Indonesia” dari Media Center Satgas COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (25/11/2020). (Baca juga: Satgas Jelaskan Generasi Penularan Penyebab Klaster COVID-19)

“Secara kumulatif, dikumpulkan data sejak bulan Mei sampai dengan November 2020, untuk rumah ibadah dan kegiatan keagamaan ini total terdapat 17 klaster dengan total 236 kasus. Ini tidak pandang bulu, ini sebenarnya dimana aja,” jelas Dewi.

Dewi pun mengingatkan jika kegiatan dilaksanakan dengan jumlah yang banyak dan tidak melaksanakan protokol kesehatan maka akan berimbas pada terjadinya penularan COVID-19. “Lagi-lagi ketika dilaksanakan adanya jumlah orang bertemu dengan jumlah yang banyak, protokol harus diterapkan, kalau tidak dapat berimbas pada terjadinya penularan. Ini dari bulan Mei hitungan sampai dengan November,” terangnya.

Selain itu, Dewi mengatakan bahwa kegiatan keagamaan yang banyak menimbulkan klaster adalah tahlilan dan takziah. “Satu hal yang saya highlight sebenarnya adalah terkait dengan kegiatan keagamaan seperti tahlilan dan takziah.”

Dimana dari kegiatan tahlilan dan takziah di DKI Jakarta ditemukan 7 klaster. “Kalau dulu di awal-awal itu kasusnya lebih banyak kegiatan keagamaannya tahlilan gitu ya, sekarang karena takziah. Jadi ada orang yang meninggal gitu ya, terus di layat, ada mungkin entah jaga jarak diterapkan atau tidak.”

“Di sini sudah ada 5 klaster yang ditemukan dari kegiatan takziah di DKI Jakarta. Sedangkan tahlilannya hanya 2 (klaster). Dari klaster ini dengan total kasus 69 kasus,” kata Dewi. (Baca juga: Persiapan Vaksinasi Covid-19, Kemenkes Tingkatkan Kompetensi Tenaga Medis)

“Jadi, ini lagi-lagi yang harus kita waspadai ketika melaksanakan kegiatan keagamaan, mau bentuknya seperti pengajian misalnya, atau kegiatan seperti tadi melayat orang yang sudah meninggal misalnya, ini harus dipastikan protokol tetap diterapkan. Tidak bisa dengan kita merasa ‘ah dia kan tetangga saya, dia juga bukan meninggal karena COVID-19 misalnya’ kita tidak boleh lengah dan harus tetap menerapkan 3M,” tegas Dewi.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1318 seconds (0.1#10.140)