Perjalanan Global Berisiko Sebarkan COVID-19 Lebih Cepat dan Masif

Rabu, 28 Oktober 2020 - 23:22 WIB
loading...
Perjalanan Global Berisiko Sebarkan COVID-19 Lebih Cepat dan Masif
Dwi dalam talkshow Titik Balik Penyintas COVID-19 di Media Center Satgas Penanganan COVID-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (23/10/2020) sore.
A A A
JAKARTA - Penyebaran COVID-19 begitu cepat bergerak dan masif lantaran pola perjalanan global sangat kuat di banding sepuluh tahun lalu.

Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Dwi Agustian, mengatakan virus Corona ini memang unik dan bukan yang pertama kali. Berdasarkan sejarah, SARS COVID-19 pernah terjadi di Hong Kong tahun 2002-2003 yang lebih mengerikan dengan vatality rate mencapai 20%.

Hanya saja, SARS CoV-2 sangat mudah tertular ditambah pola perjalanan global sangat kuat dibanding sepuluh tahun lalu. Rata-rata perjalanan penerbangan luar biasa berlipat-lipat dan itu menimbulkan kecepatan virus bergerak dari satu orang ke orang lain.

"Virus ini hanya bisa menimbulkan (sebaran yang sangat cepat) seperti ini di dunia modern pada saat teknologi bisa membuat orang berinsteraksi dengan cepat. Duapuluh tahun lalu virus ini tidak bisa menimbulkan efek biologis secara cepat," papar Dr. Dwi dalam talkshow "Titik Balik Penyintas COVID-19" di Media Center Satgas Penanganan COVID-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (23/10/2020) sore.

Dwi menambahkan virus ini baru dan pengetahuan (tentang COVID-19) masih terakumulasi untuk memberikan pemahaman yang pasti. Berdasarkan data statistik untuk pengembangan terakhir dari populasi umum paling tinggi 5%.

Dwi mengungkapan di Bandung, Jawa Barat, ada populasi yang tak bergejala melakukan testing secara massif dari 100 orang hanya 1 orang yang positif tanpa gejala. Artinya dengan kasus ini kita menunggu cukup waktu untuk mengumpulkan gejala-gejala dan risiko.

“Kita akan membahas lebih lanjut dan nantinya akan menjawab bagaimana karakteristik virus ini (COVID-19). Bukti-bukti ini dikumpulkan dan datanya dicatat dengan baik," jelas Dr. Dwi.

Motivator Tung Desem Waringin, yang juga penyintas COVID-19, mengatakan dirinya menduga tertular COVID-19 saat perjalanan di pesawat terbang pada 15 Maret 2020. Saat itu penumpang pesawat penuh dan yang menggunakan masker hanya penumpang yang sakit.

Tiga hari kemudian, pada 18 Maret 2020, Tung mengalami demam hebat di malam hari namun kembali normal pada pagi harinya. Kejadian itu terus berulang selama beberapa hari. Kemudian dirinya sempat tak bisa nafas. Kemudian melakukan cek tes darah dan foto torax.

“Setelah itu saya 95% positif COVID-19. Pada saat itu swab test masih antre panjang dan lama, tidak seperti sekarang," ujar Tung Desem Waringin (TDW) yang mengaku sempat tiga kali ditolak rumah sakit.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2113 seconds (0.1#10.140)