Ketegasan dan Humanisme Aparat dalam Melarang Warga Mudik Diapresiasi

Rabu, 06 Mei 2020 - 18:24 WIB
loading...
Ketegasan dan Humanisme...
Kakorlantas Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Istiono memantau Operasi Ketupat Semeru dan Pos Check Point PSBB di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (2/5/2020). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Tegas dan humanisnya jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan instansi terkait dalam pelaksanaan Operasi Ketupat 2020 diapresiasi banyak pihak.

Umumnya mereka mengacungkan jempol atas kiprah Polri, TNI dan instansi terkait, karena telah berhasil melakukan tugas berat yang bila salah urus potensial menimbulkan persoalan, bahkan huru-hara.

Ketua Umum Milenial Muslim Bersatu, yang juga Pemerhati Masalah Sosial Khairul Anam mengatakan, karena di Indonesia Lebaran diperlakukan begitu khusus, awalnya dirinya pesimistis imbauan pemerintah agar warga Jakarta dan kota-kota besar lainnya tidak melakukan mudik akan berhasil.

Khairul tidak begitu yakin imbauan itu akan dipatuhi, bahkan saat negeri dalam pandemi Covid-19 atau virus Corona. "Karena kita semua tahu betapa abnormalnya cara pikir warga kita bila itu terkait mudik. Apa pun diterjang, tiket mahal, jalanan macet, jarak yang jauh dan sebut saja kendala lainnya," kata dia, dalam keterangannya, Rabu (6/5/2020).

Tahun lalu saja, pada H-7 hingga H-1 Lebaran, PT Jasa Marga mencatat total volume lalu lintas mudik sebesar 1.216.859 kendaraan. Jumlah tersebut naik 1,04 persen dibandingkan arus mudik 2018. (Baca juga: Polri Klaim Pekan Pertama Mei Angka Kriminalitas Menurun 1,34%)

Maka, manakala Operasi Ketupat 2020 terlihat berhasil menekan pemudik, Khairul mengapresiasi hal itu. Menurut dia, hal itu tak akan mungkin tanpa ketegasan namun juga pendekatan humanis yang dilakukan. “Tanpa dua hal itu, tak mungkin,” kata dia.

Dengan ketegasan namun sangat humanis, personel Operasi Ketupat yang terlibat mampu 23 ribu kendaraan para pemudik untuk putar balik dari Lampung sampai Jawa Timur, hingga 10 hari pertama Puasa.

"Saya juga apresiasi Jajaran pimpinan Korlantas (Korps Lalu Lintas) yang meninjau langsung sejumlah titik pengecekan (Check Point) sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain dapat mendengar dan menyaksikan langsung kondisi lapangan, pengecekan langsung jajaran pimpinan Korlantas juga meningkatkan moril anggota yang harus berjaga, memantau selama 24 jam sehari," ujar Khairul Anam

"Terlihat dalam banyak tayangan televisi petugas senantiasa mengajak agar mereka yang awalnya kurang mengerti, agar kemudian bisa membantu memutus mata rantai penularan dengan kembali dan tinggal di rumah masing-masing," tambahnya.

Sikap humanis penuh pengertian itulah, kata Khairul, yang membuat upaya penyadaran dan imbauan untuk putar balik itu pun tak berujung insiden negatif.

Sementara itu, Indonesia Bureaucracy and Service Watch, Varhan Abdul Azis menyorot langkah tegas aparat, khususnya Polri dalam mencegah mudik.

"Sepintas terlihat tidak manusiawi melihat ribuan kendaraan itu diminta putar balik. Namun jika dilihat potensi penularannya di kampung halaman yang bisa berakibat kematian, langkah Polri itu justru sangat humanis, menyelamatkan nyawa manusia dari kematian yang sia-sia," kata dia.

Bagi Varhan, contoh paling jelas dari dikedepankannya sikap humanis Polri-TNI, Kemenhub, Dinas Perhubungan itu bisa dilihat dari tidak adanya pemudik yang diberikan sanksi denda apalagi pidana. Padahal, tak hanya tak boleh melanjutkan perjalanan mudik, jika menggunakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, pemudik nekat pun bisa mendapatkan sanksi penjara paling lama satu tahun dan atau denda maksimal Rp100 juta. Hal itu mengacu kepada Pasal 93 UU Nomor 6 Tahun 2018.

"Saya terharu saat Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Istiono sampaikan, jajaran Korlantas tak memberikan sanksi yang dimungkinkan, karena bagi aparat, berputar balik pun sebenarnya sudah merupakan sanksi yang berat," ujar Varhan.

Varhan berharap agar Covid-19 segera bisa segera dikalahkan dan musnah dari Indonesia. "Hasilnya, sampai hari ini kita tahu, jumlah pemudik dari Jakarta yang menuju ke Jawa Tengah dan Jawa Timur kian hari semakin menurun. Meski demikian, para petugas yang bertugas dalam Operasi Ketupat tetap bersiaga di pos-pos cek poin selama 24 jam secara bergantian untuk mencegah warga mudik dan menyosialisasikan cara untuk mencegah penularan Covid-19," terang dia.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0839 seconds (0.1#10.140)