Jadi Ketum Partai Demokrat, AHY Bisa Jadi Trend Setter Pemimpin Muda

Minggu, 15 Maret 2020 - 19:00 WIB
Jadi Ketum Partai Demokrat,...
Jadi Ketum Partai Demokrat, AHY Bisa Jadi Trend Setter Pemimpin Muda
A A A
JAKARTA - Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) resmi terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat 2020-2025 secara aklamasi dalam Kongres V di Jakarta Convention Center, Senayan, Minggu (15/3/2020).

Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam mengatakan, keberanian Partai Demokrat untuk berinovasi melakukan tranformasi kepemimpinan partai akan menjadi trend-setter dalam tradisi kepemimpinan partai politik di Indonesia. Menurutnya, saat ini adalah momentum bagi pemimpin muda untuk berlaga. (Baca juga: Sah, AHY Terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat

"Saat ini, mayoritas partai-partai politik tidak berani melakukan regenerasi kepemimpinan partai dengan lebih mempertahankan status quo, yang ditandai oleh bertahannya nama-nama lama di pucuk pimpinan partai," katanya.

Misalnya, Megawati Soekarnoputri kembali terpilih sebagai Ketum PDIP, Muhaimin Iskadandar yang kembali menjadi nakhoda PKB. Begitu juga dengan Surya Paloh yang juga kembali menempati posisi Ketum Nasdem, Airlangga Hartarto Ketum Partai Golkar, hingga nama Prabowo Subianto diprediksi akan tetap memimpin Partai Gerindra lima tahun ke depan.

"Sebagian dari nama-nama besar itu sebenarnya sudah punya alternatif pengganti, namun tetap saja belum memiliki keberanian untuk melakukan regenerasi," tuturnya.

Dikatakan Umum, kecenderungan mengakarnya status quo di partai-partai politik di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, besarnya dominasi patron client di internal partai. Memang tidak ada yang keliru dengan fenomena patron client. Sebab, dalam lembaga partai tradisional hingga modern sekalipun, pola relasi patron client selalu hadir karena faktor histori kepemimpinan, kontribusi sumber daya dan logistik, wibawa dan kharisma pemimpin, trah atau keturunan, hingga tingginya kapasitas ilmu keagamaan dan legitimasi adat yang menjadi basis terciptanya kepercayaan publik terhadap figur pemimpin. "Karena tidak ada alternatif kekuatan yang bisa mengimbangi, maka status quo tetap terjaga," katanya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1018 seconds (0.1#10.140)