Muhammadiyah: Perlu Ada Perubahan Strategi Dakwah

Jum'at, 28 Februari 2020 - 18:16 WIB
Muhammadiyah: Perlu Ada Perubahan Strategi Dakwah
Muhammadiyah: Perlu Ada Perubahan Strategi Dakwah
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai organisasi keagamaan umat Islam perlu memperbarui strategi dakwah.

Strategi yang dimaksud Haedar, yakni dari bersifat reaktif-konfrontatif menjadi proaktif-konstruktif.

Perubahan strategi dinilai penting untuk memperluas daya jangkau penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai Islam untuk sebanyak mungkin segmen sosial umat Islam yang sangat majemuk.

“Perlu adanya perubahan strategi dakwah dari lil-mu’aradlah (reaktif-konfrontatif) ke strategi dakwah lil-muwajahah (proaktif-konstruktif),” kata Haedar dalam Sidang Pleno ke-4 Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (28/2/2020).

Dia juga mengatakan, umat Islam perlu mengarusutamaan pendekatan dakwah sebagai penerjemahan dari kalimat bil-hikmah (dengan hikmah), wal-mauidhat al-hasanah (dan pengajaran yang baik), wa jadil-hum bi-laty hiya ahsan (serta berdebat dengan cara yang baik) dalam surat An-Nahl ayat 125.

Pendekatan ini juga perlu direalisasikan dalam beragam model dakwah seperti dakwah komunitas, dakwah digital atau medsos, dan lainnya.

“Pemetaan terhadap situasi dan objek dakwah sangat diperlukan dengan menggunakan pendekatan antropologi, sosiologi, ekonomi, dan objektivasi dakwah yang lebih aktual sebagai ikhtiar membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin yang membebaskan, memberdayakan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan umat manusia,” tutur Haedar. (Baca Juga: Menteri Agama Kecam Kekerasan terhadap Muslim di India)

Dakwah Islam juga dinilainya penting menawarkan konsep-konsep pemikiran alternatif yang bersifat pembaruan dan berkemajuan, yang tidak terjebak pada ortodoksi dan dogmatik-apologik.

Menurut Haedar, jika umat Islam menolak liberalisme-sekukarisme maka perlu ditawarkan pemikiran Islam yang "beyond" atau at-tafkir al-badil yang memancarkan Islam sebagai agama yang mengandung kemajuan bagi peradaban manusia (din al-hadlarah), bukan sebaliknya kembali ke ortodoks yang konservatif.

“Watak al-ibahah dalam pengembangan pemikiran mu’amalah penting untuk diaktualisasikan sekaligus dijadikan titik masuk merambah jalan baru pemikiran Islam yang maju untuk membangun dan menghadirkan dunia Islam yang modern,” tambah Haedar.

Sebelumnya Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdalatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin dalam forum KUII VII itu mewakili NU menyampaikan materi bertajuk Mewujudkan Nasionalisme Melalui Sikap Moderat dan Toleran dalam Beragama.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1033 seconds (0.1#10.140)