Mengenang Pertempuran Kota Algier (4)

Selasa, 14 Januari 2020 - 06:30 WIB
Mengenang Pertempuran Kota Algier (4)
Mengenang Pertempuran Kota Algier (4)
A A A
ALJAZAIR meraih kemerdekaan dari Prancis pada 1957. Perjuangan rakyat Aljazair itu pernah difilmkan dengan judul Batle Of Algier. Kini, lokasi pertempuran itu masih bisa disaksikan, yakni di kota tua Aljazair, persisnya di atas pelabuhan Algier.

Tak jauh berbeda dengan kota-kota tua di kawasan Timur Tengah lainnya, di mana pasar tradisional menjadi titik nol dari sebuah kota. Begitu pula dengan kota tua Algier, ibu kota Aljazair. Disitulah magnet kota tersebut, seakan semua penduduk tumpah ruah menyemuti Soux atau pasar tradisional dalam bahasa Arab.

Adapun yang dijajakan pedagang tradisional itu berupa ragam kebutuhan rumah tangga hingga minyak wangi, serta makanan dan minuman. Seperti halnya pasar tradisional, maka harga barang disepakati berdasarkan tawar menawar antar pedagang dan calon pembeli. Jalanan di pasar tradisional itu seperti layaknya labirin, melingkari masjid Jami Algier.

Di balik itu semua, kota tua tersebut menjad saksi bisu pertempuran kota antara gerilyawan Aljazair dengan pasukan Prancis pada 1954 hingga 1962. Karena bentuknya seperti labirin, dapat dibayangkan pertempuran kota zaman itu berlangsung sengit, dari pintu ke pintu dengan ruang gerak terbatas karena lebar jalan hanya 1-2 meter saja.

Bisa jadi, labirin itu menjadi seperti perangkap maut bagi serdadu Prancis, dan rumah-rumah yang mengelilinginya menjadi benteng pertahanan bagi pejuang kemerdekaan Aljazair. Kegigihan pejuang Aljazair melawan pasukan Prancis memang harus dibayar mahal, dengan 1,5 juta jiwa meninggal. Untuk mengenang kisah heroik itu, pemerintah setempat mendirikan monumen di bukit dalam kawasan itu, dengan nama Martyrs.

Selain monumen tersebut, masih banyak patung pahlawan Aljazair yang patut dikunjungi, salah satunya patung Emir Abdelkader, pemimpin agama dan militer Aljazair melawan Prancis pada penghujung abad ke-19. Puas dengan wisata sejarah, pelancong dapat menikmati kopi atau teh dengan mint di kedai-kedai di sepanjang jalan.
Mengenang Pertempuran Kota Algier (4)

Patut ditiru, pemerintah lokal memberi ruang kepada pedagang kaki lima di pusat keramaian seperti di taman Primark Algiers. Tapi, bagi penggemar fotograpi harus berhati-hati membidikan kamera. Hindari memotret pos polisi dan militer. Pasalnya kamera pengintai berada di mana-mana.

Keindahan kota itu diperkaya dengan ketulusan dan keramahan warganya. Mereka senantiasa menyapa dan mengajak berkomunikasi kepada warga asing. Apalagi, turis asing masih tergolong hitungan jari karena kebijakan pemerintah yang tertutup. Tapi berbeda dengan warganya yang terbuka dan senang membantu pelancong tanpa pamrih.

Sebenarnya semua itu bisa menjadi daya tarik dan potensi pariwisata Aljazair. Apalagi, dibandingkan dua tetangga seperti Maroko dan Tunisia, negara itu tergolong tertinggal jauh dari jumlah kunjungan wisatawan. Sehingga berapa orang lokal yang ditemui mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan industri pariwisata di negeri tersebut. (selesai)
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9233 seconds (0.1#10.140)