Formula Denny JA 'Spirituality of Happiness' Dibahas Para Pakar

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 11:18 WIB
loading...
Formula Denny JA Spirituality of Happiness Dibahas Para Pakar
-Buku Denny JA berjudul Spirituality of Happiness. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Buku Denny JA berjudul Spirituality of Happiness melampaui kuliah “The Science of Wellbeing” yang diampu Dr Laurie Santos dari Yale University. Demikian komentar Profesor dan Doctor Teologi Joas Adiprasetya.

“Saya bilang buku ini dahsyat dan menggugat kemapanan tradisi beragama dan berpikir. Tapi ujungnya, buku ini menganjurkan Jalan Cinta.” Ini komentar Dr (HC) Hussein Muhammad. “Ini buku yang menggelisahkan. Mereka yang terbiasa dengan spiritualitas gelombang satu: mitologi dan gelombang kedua: agama wahyu, akan gelisah membaca buku ini. Sambut Dr. Albertus Patty.

“Denny JA,” tulis Dr Jalaluddin Rahmat menawarkan jalan keempat dalam memahami kebahagian: jalan ilmu pengetahuan. Tiga jalan sebelumnya: common sense, agama dan filsafat.

Sekitar 30 pakar lintas agama, jurnalis senior dan intelektual membahas buku Denny JA. Di samping empat nama di atas, juga ikut membahas, antara lain: Dr Komaruddin Hidayat, Dr Haidar Bagir, Prof Dr Kautzar Azhari Noer, Dr Franky Budi Hardiman, Dr Budhy Munawar Rahman.

Sebuah grup Facebook Esoterika_Forum Spiritualitas memuat seluruh 30 review dari 30 tokoh. IQRA.ID memuat sebagian review itu. Puluhan WA grup ikut mem-forward dan mendiskusikannya.

Denny JA mengamini komentar Dr Franky Budi Hardiman. Bahwa buku ini intisari perjalanan 40 tahun spiritualitasnya mendalami empat agama besar: Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Dia juga menekuni Theosophy, Krishnamurti, OSHO, Subud hingga Ki Ageng Surya Mentaram.( )

Ujungnya Denny juga membaca perkembangan terakhir neuro science dan positive psychology.Denny merumuskan pengalamannya dalam empat formula. Itu yang menjadi intisari buku. Pertama, sejarah manusia dan homo sapiens dapat dibagi dalam tiga gelombang narasi besar spiritualitas. Narasi spiritual berdasarkan mitos. Ini belangsung sejak 70 ribu tahun lalu.

Lalu spiritualitas berdasarkan keyakinan wahyu (agama). Ini berlangsung sejak 3000 tahun lalu. Terakhir, spiritualitas berdasarkan ilmu pengetahuan empirik. Ini baru berlangsung sekitar 70 tahun lalu dengan datangnya ilmu baru neuro science dan positif psychology.

Kedua, menurut Denny, rumah spiritual dan pencarian makna itu bersumber dari otak manusia. Neuroscience menunjukkan manusia gelisah mencari makna dan kebahagiaan karena hadirnya happy hormones dalam otak manusia: dopomine, serotonine, oxytocine dan endorphine. Juga di otak manusia ada Parietal Cortex. Jika bagian ini hidup, akan lahir pertanyaan eksistensial: siapakah aku? Apa makna hidup? Adakah Tuhan?

Inilah penggerak manusia mencari makna sepanjang sejarah. Kebutuhan meaning of life, Tuhan, dan sebagainya, itu tertanam kuat dalam syaraf manusia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1242 seconds (0.1#10.140)