Fokus Stafsus Milenial: Dari Toleransi, Pendidikan, Kewirausahaan, Fintech, hingga Wilayah 3T

Kamis, 21 November 2019 - 20:38 WIB
Fokus Stafsus Milenial: Dari Toleransi, Pendidikan, Kewirausahaan, Fintech, hingga Wilayah 3T
Fokus Stafsus Milenial: Dari Toleransi, Pendidikan, Kewirausahaan, Fintech, hingga Wilayah 3T
A A A
JAKARTA - Para Staf Khusus Milenial memiliki fokus masing-masing dalam menjalankan tugasnya. Misalnya saja Gracia Billy Mambrasar yang berkomitmen ingin membangun Indonesia dari Papua.

“Saya berkomitmen ke pak Presiden, pak mari kita bangun Indonesia dari Papua, selama ini membangun Papua dari Indonesia sekarang membangun Indonesia dari Papua, itu narasi yang akan kita usung,” kata pemuda asal Papua itu di Veranda Istana Merdeka, Kamis (21/11/2019).

Kandidat master Oxford University juga berkomitmen membantu presiden agar pemerintah tidak bekerja dalam rutinitas semua. Dia ingin membuat teknologi yang berbeda sehingga dapat membuat pemerintahan berjalan lebih efektif dan efisien.

“Kami bekerja sudah cukup lama, saya sudah bekerja 9 tahun fokus di daerah-daerah terluar untuk melatih anak-anak muda untuk menjadi enterpreneur. Dan saya akan membawa pengalaman saya untuk membantu presiden dan pemerintah Indonesia untuk menjangkau daerah-daerah terluar secara digital dan mengurangi digital divide, “ tuturnya.

Sementara itu, Adamas Belva Syah Devara mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada presiden karen membuat anak-anak muda masuk ke ring satu istana. Menurutnya, keputusan presiden tersebut adalah sebuah komitmen bahwa anak-anak milenial dapat terlibat dalam pembuatan kebijakan publik.

“Banyak sektor strategis yang akan kita garap, kalau dari saya sendiri pendidikan, kepemudaan kewirausahaan. Mungkin Putri di sini kreatif, Angkie disabilitas, Billy daerah tertinggal 3 T, mas Amin santri, Ayu mungkin diversity dan peace tolerance. Dan Taufan mungkin di fintech. Kami sektornya berbeda tapi ini amanah yang besar, kepercayaan yang besar dan kami akan bekerja sekuat kami untuk bisa deliver memenuhi ekspektasi bapak presiden dan kemajuan,” paparnya.

Sementara itu, Ayu Kartika Dewi yang merupakan pendiri lembaga SabangMerauke menekankan pentingnya berpikir kritis. Menurutnya, jika semua orang Indonesia berpikir kritis Indonesia akan bisa maju. (Baca juga: Angkat Staf Khusus Milenial, Jokowi: Saya Butuh Gagasan dan Inovasi Baru )

“Saya pribadi dan teman-teman percaya penting punya 21st century skills ada 4 C yakni critical thinking, creativity, communication, sama collaboration. Kalau orang-orang bisa berpikir kritis, Indonesia bisa lebih maju dan karena saya peduli banget dengan perdamaian, bisa berkolaborasi, harusnya Indonesia bisa lebih damai. Kita ngomongin toleransi tidak jauh-jauh dari kemampuan orang berpikir kritis,” pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7188 seconds (0.1#10.140)