Manuver Nasdem Dinilai Drama Politik untuk Dapat Perhatian Publik

Kamis, 31 Oktober 2019 - 09:28 WIB
Manuver Nasdem Dinilai Drama Politik untuk Dapat Perhatian Publik
Manuver Nasdem Dinilai Drama Politik untuk Dapat Perhatian Publik
A A A
JAKARTA - Manuver Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bertemu petinggi PKS dinilai sebagai drama politik untuk mendapat perhatian publik.

Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menganggap, manuver politik Partai Nasdem bertemu dengan PKS telah berlangsung dua kali pascapilpres 2019 lalu. Pertemuan Nasdem dan PKS yang langsung dihadiri Ketua Umum, Surya Paloh dan Shohibul Iman menjadi simbol di panggung depan. (Baca juga: Surya Paloh Bersama Pengurus Nasdem Datangi Markas PKS)

"Pertemuan Partai Nasdem dengan PKS telah membuahkan tiga kesepakatan. Pertama, kedua partai sepakat untuk saling menghormati sikap konstitusional dan pilihan politik masing-masing. Nasdem menghormati sikap dan pilihan politik PKS yang berjuang di luar pemerintahan. PKS juga menghormati pilihan politik Nasdem yang berada di pemerintahan," tutur Karyono saat dihubungi SINDOnews, Kamis (31/10/2019).

Karyono mengatakan, tiga kesepakatan yang dilakukan Nasdem-PKS itu sangat mulia, karena dapat memperkokoh persatuan dan ideologi bangsa. Namun yang harus dicatat adalah komitmen kedua partai terhadap kesepakatan tersebut. (Baca juga: Bertemu, Petinggi Nasdem dan PKS Buat Tiga Kesepakatan)

Meskipun itu merupakan kesepakatan politik, tapi harus dilaksanakan karena kedua partai telah mengikatkan diri dalam kesepakatan antara dua belah pihak yang disaksikan oleh rakyat Indonesia.

Jika kesepakatan tersebut dilanggar maka publik bisa menagih janji. Karenanya, dia berharap tiga kesepakatan tersebut harus benar-benar dilaksanakan, jangan hanya kesepakatan di atas kertas. Sehingga publik akan menaruh kepercayaan kepada dua partai tersebut. (Baca juga: Petinggi Nasdem-PKS Bertemu, Peta Politik Nasional Bisa Berubah)

Namun demikian, lanjut Karyono, yang menarik bukan hanya menyimak komunikasi politik panggung depan. Tentu tak kalah menariknya menganalisa dinamika politik yang terjadi di belakang panggung tersebut.

Menurutnya, publik akan mengira-ngira apa yang terjadi di balik manuver Nasdem, yang dimulai dari membuat pertemuan 4 ketum parpol koalisi sebelum terbentuknya kabinet yang kemudian dihubungkan dengan sikap Nasdem yang kurang legowo dengan masuknya Gerindra ke dalam koalisi hingga menggelar pertemuan dengan PKS yang berada di luar pemerintahan. "Manuver Nasdem tersebut bisa menimbulkan berbagai pendapat spekukatif," jelas Karyono.

Karyono mencermati ada empat manuver yang dibaca dari manuver Nasdem. Pertama, bisa dibaca sebagai indikator ketidakpuasan Nasdem dalam format Kabinet Jokowi jilid II. (Baca juga: Paloh Temui Petinggi PKS, Pengamat: Nasdem Kecewa ke Jokowi)

Kedua, manuver tersebut untuk memberikan sinyal kepada kekuatan politik di dalam koalisi pemerintahan agar menjadi perhatian khususnya Presiden Jokowi. Ketiga, boleh jadi Nasdem sedang bereksperimen dengan cara membangun positioning politik "all is friends" semua kekuatan politik menjadi teman, termasuk PKS yang berada di luar pemerintahan. (Baca juga: Manuver Nasdem Bisa Menyulitkan Presiden Jokowi)

Positioning seperti ini bisa menjadi exit strategy dalam menghadapi situasi dan dinamika politik selama 5 tahun ke depan, yakni menuju Pemilu 2024. "Ke empat, boleh jadi Nasdem sekadar membuat pertunjukan drama politik untuk mendapatkan perhatian publik," tandasnya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7057 seconds (0.1#10.140)