Kabinet Baru Jokowi Harus Lebih Komunikatif dan Responsif

Minggu, 06 Oktober 2019 - 17:35 WIB
Kabinet Baru Jokowi Harus Lebih Komunikatif dan Responsif
Kabinet Baru Jokowi Harus Lebih Komunikatif dan Responsif
A A A
JAKARTA - Kabinet baru Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin ke depan dituntut untuk lebih komunikatif dan responsif atas berbagai persoalan bangsa.

Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, berbagai persoalan yang terjadi dan disuarakan sejumlah elemen masyarakat akhir-akhir ini harus dijadikan masukan bagi pemerintahan baru, termasuk juga masukan bagi DPR, MPR dan DPD masa bakti 2019-2024.

"Itu menjadi bukti bahwa masyarakat semakin cerdas dan kritis sehingga presiden dan para pembantunya dituntut memiliki sensitivitas yang tinggi serta sigap merespons aspirasi masyarakat," tutur Bamsoet, Minggu (6/10/2019).

Mantan ketua DPR ini mengatakan, berbagai tuntutan publik itu sejatinya tidak hanya dialamatkan kepada presiden dan para menteri, tetapi juga ditujukan kepada DPR, MPR, serta DPD. Para legislator dan senator diminta semakin pro aktif menyerap aspirasi masyarakat di semua daerah.

"Penyerapan aspirasi atau permasalahan itu kemudian dikomunikasikan dan dicarikan jalan keluarnya dengan pemerintah melalui setiap kementerian sesuai konteks persoalannya," urainya.

Hasil kerja nyata pemerintah dan parlemen masa bakti terdahulu, tutur Bamsoet, harus lebih ditingkatkan. Berbagai rangkaian unjuk rasa dan ledakan beberapa peristiwa, baik di Papua maupun beberapa kota di Jawa dan Sulawesi harus menjadi renungan semua.pihak.

"Rangkaian pesan dari unjuk rasa dan peristiwa itu secara tidak langsung menjadi masukan bagi pemerintah baru nantinya, dan juga masukan bagi DPR, MPR dan DPD," paparnya.

Konsekuensinya, kata Bamsoet, Jokowi bersama Wakil Presiden terpilih KH Ma’ruf Amin harus memilih menteri yang tidak sekadar pekerja keras seperti periode sebelumnya, tetapi juga sosok menteri yang responsif terhadap aspirasi masyarakat di semua daerah.

Aspirasi dan ketidakpuasan antara daerah yang satu dengan lainnya pasti tidak sama, karena karakter daerah dan masyarakat Indonesia memang berbeda-beda. (Baca juga: Menunggu Kiprah Anggota DPR Baru dari Kalangan Artis)

"Papua dapat dijadikan contoh kasus. Dalam lima tahun terakhir, pemerintah telah memberi perhatian lebih kepada Papua. Namun, segala seusatu yang telah dikerjakan di Papua itu ternyata belum bisa memuaskan semua elemen masyarakat di Papua. Berangkat dari kecenderungan itu, pemerintah bersama parlemen tentu harus mencari rumusan baru untuk menjawab aspirasi masyarakat Papua," urainya.

Bamsoet mengakui menjadi hak prerogatif presiden untuk memilih sosok menteri dari berbagai komunitas, termasuk unsur partai politik (parpol) maupun para profesional. Karena Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan pada beberapa sektor, sosok menteri yang mau bekerja keras tentu menjadi persyaratan utama. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah sosok menteri yang juga responsif dan komunikatif dengan semua elemen masyarakat.

"Menteri yang komunikatif dengan publik amat diperlukan agar dia mau mendengar dan menyerap aspirasi publik. Penyerapan aspirasi itu kemudian direspons para menteri melalui program kerja dan kebijakan atau peraturan menteri," katanya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1027 seconds (0.1#10.140)