Megawati Sarankan Jokowi Bentuk Tim Khusus Ibu Kota Baru dan Nasib Jakarta

Kamis, 29 Agustus 2019 - 08:00 WIB
Megawati Sarankan Jokowi Bentuk Tim Khusus Ibu Kota Baru dan Nasib Jakarta
Megawati Sarankan Jokowi Bentuk Tim Khusus Ibu Kota Baru dan Nasib Jakarta
A A A
JAKARTA - Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri menyarankan kepada Presiden Jokowi untuk membentuk tim yang bukan hanya membahas ibu kota baru, melainkan nasib Jakarta jika nantinya tak lagi menjadi ibu kota.

Hal tersebut disampaikan Megawati menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan, Rabu (28/8/2019) malam. Mega menganggap, untuk hal-hal yang sangat strategis sangat penting untuk didalami.

"Artinya bukan berarti hanya dengan omongan-omongan saja. Tapi harus dibentuk, saya enggak tahu, karena presiden (Jokowi) yang harus membentuk. Apakah sebuah tim atau sebuah yang besar lagi, untuk bagaimana pendalaman memindahkan ibu kota," kata Megawati.

Bicara ibu kota baru dan nasib Jakarta, Megawati menyatakan dirinya sudah pernah bicara soal kemungkinan mengambil model ibu kota baru Indonesia dengan mencontoh negara lain. Semisal Canberra di Australia, Washington DC di Amerika Serikat, atau Putra Jaya di Malaysia, atau contoh dari Laos.

"Nah hal-hal seperti ini saya kira, kita serius saja dengan pendalaman itu. Jadi tentu termasuk Jakarta. Apakah menjadi sebuah kota, apakah posisinya untuk ekonomi saja, sebagai kota perdagangan, itu kan mesti dikaji. Karena nanti ada kajian secara administrasi, teori, juga pelaksanaan di lapangan," ujarnya.

Ditegaskan Megawati, dia menyatakan itu semua bukan berarti sedang mengkritik Jokowi. Dia sama sekali bukan mengatakan tak setuju.

"Kritik itu boleh, tapi yang membangun. Saya tidak ada kritik. Saya, atau kata-kata saya, (tidak ada mengatakan) oh jangan atau tidak setuju. Beda loh. Saya mengatakan (pemindahan ibu kota) itu hal yang positif. Kalau kita lihat Jakarta (sudah) terlalu crowded," papar Megawati.

Dirinya hanya mendorong agar langkah ke depan lebih positif. Masalah Jakarta, menurut Megawati, sangat banyak. Satu contoh saja kemacetan. Dulu saat masih menjabat presiden, Megawati pernah meminta dilakukan studi soal jumlah kendaraan di Jakarta tahun 2025 dan jumlah panjang jalan yang harus dibangun.

"Ternyata tidak akan bisa menyusul antara jumlah kendaraan dengan panjang jalan," kata Megawati. (Baca juga: Bertemu Jokowi, Ridwan Kamil: Ibu Kota Jangan Terlalu Luas)

Ide-ide sudah banyak muncul. Dari mobil berbahan bakar bensin digantikan berbahan bakar gas. Bahkan kini muncul kendaraan dengan bahan bakar listrik.

"Menurut saya, itu harus segera diputuskan lalu pelaksanaannya bagaimana. Harus bisa mengimbangi, polusi (di Jakarta) yang katanya, kan malu ya, katanya udah paling tinggi lho," ungkap Megawati.

Itu baru satu masalah. Ada masalah lain seperti banjir. Intinya yang putri Bung Karno itu hendak dorong adalah agar ke depan semuanya dibuat berdasar tata ruang yang konsekuen dan komit dilaksanakan.

Dicontohkannya wilayah Karawang dan Bekasi yang oleh pihaknya selalu diminta untuk tak dijadikan wilayah perkotaan, namun tetap menjadi sentra padi. Sejak zaman Belanda, kata Megawati, daerah itu tak berani disentuh karena bisa berakibat politis.

"Hal-hal ini yang saya maksud sebagai pendalaman," pungkas Megawati yang juga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu.

Selain rombongan wartawan, sejumlah keluarga dan teman dekat Megawati juga ikut serta bersamanya. Ada menantunya Nancy Prananda dan cucunya Diah Lupita Jasmina Srita. Hadir juga Ketua DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri. Semuanya akan hadir di acara DMZ International Forum on the Peace Economy yang dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5024 seconds (0.1#10.140)