Astuti, si Merah yang Setia Puluhan Tahun Layani Jamaah

Rabu, 14 Agustus 2019 - 07:54 WIB
Astuti, si Merah yang Setia Puluhan Tahun Layani Jamaah
Astuti, si Merah yang Setia Puluhan Tahun Layani Jamaah
A A A
MEKKAH - Namanya Astuti. Bukan nama orang apalagi tumbuhan. Itu adalah panggilan untuk sepeda motor yang paling berjasa ketika prosesi Mina. Dengan kuda besi ini, jamaaah haji yang tersesat, kelelahan dan sakit di jalan diantarkan ke maktab tempat tinggalnya atau ke posko kesehatan.

Penamaan sepeda motor ini sama sekali tidak terkait dengan seorang wanita cantik atau pun tokoh perempuan. Astuti adalah kependekan dari Astrea Tujuh Tiga (73). Meski disebut Astrea, motor legendaris keluaran Honda ini sebenarnya adalah Super Cub 90 yang diproduksi massal mulai tahun 1963. Sementara Tujuh Tiga merujuk pada tahun motor ini dibuat.

“Motor ini dioperasikan sejak tahun 1980-an,” kata Muhammad Rofik Hidayat, anggota tim transportasi Daerah Kerja (Daker) Madinah yang bertugas menunggangi Astuti, kemarin.

Pria berumur 39 tahun mengaku tidak tahu persis sejarah awal mula Astuti ada di Mina. Apakah didatangkan langsung atau dibeli di Arab Saudi. Namun dia sangat menduga, motor berwarna Merah Putih ini sangaja didatangkan langsung dari Indonesia untuk melayani jamaah haji.

“Waktu itu pengiriman ke Arab Saudi mungkin masih bebas tidak seperti sekarang,” kata Rofik yang telah menjalani tugas sebagai penunggang Astuti sejak 12 tahun lalu.

Indonesia memiliki 7 Astuti di Arab Saudi yang hanya difungsikan pada selama prosesi Mina (mabit dan melempar jumrah), mulai tanggal 10 hingga 13 Zulhijjah. Biasanya yang dioperasionalkan sekitar 3-4 unit, sedang sisanya disimpan di gudang sebagai cadangan. Hal ini dilakukan karena terkadang polisi Arab Saudi melarang operasional Astuti meski telah memiliki tasreh atau surat izin.

“Tahun lalu sempat digaruk (diangkut) oleh polisi. Jadi kita menggunakan cadangan di gudang,” tutur Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah bermukim di Madinah sejak 18 tahun silam.

Astuti pada musim haji tahun ini bisa ditemui di ujung flyover dekat kawasan maktab Indonesia. Tepatnya, di dekat terowongan Moashem, depan Maktab 55. Sekitar 8 orang anggota tim transportasi Daker Madinah stanby di lokasi ini selama prosesi Mina. Mereka bertugas bergantian mengantarkan jamaah haji yang sakit dana kelelahan selama 24 jam sehari tanpa henti.

Keberadaan Astuti sangat dibutuhkan oleh jamaah haji. Itu terlihat dari banyaknya jamaah yang datang ke ujung flyover untuk minta diantarkan ke tujuannya. Seperti dini hari kemarin, hanya dalam waktu kurang dari 1 jam, tercatat 10 jamaah yang mendapatkan pertolongan Astuti. Ada yang memang karena kondisi sakit, ada yang kelelahan, tersesat, sudah usia lanjut, dan ada pula yang ingin diantarkan karena malas jalan kaki.

“Prioritas kami adalah jamaah haji yang lansia, sakit, atau memang kondisinya kelelahan,” tutur Rofik.

Jumlah jamaah haji yang membutuhkan pertolongan Astuti paling banyak pada hari pertama prosesi Mina. Rata-rata jamaah kebingungan atau tersesat dalam perjalanan melontar jumrah, dari maktab ke Jamarat. Itu karena banyak jamaah yang belum mengenal area tempat tinggalnya dan jalur menuju lokasi melempat jumrah. Apalagi bentuk maktabnya hampir seragam, penuh dengan tenda warna putih. Jika lupa menandai lokasi maktab, maka akan kesulitan menemukannya kembali.

Layanan Astuti memang diberikan gratis oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk membantu jamaah selama prosesi Mina. Namun, kata Rofik, skala prioritas tetap harus dilakukan lantaran unit sepeda motor dan sumber daya manusianya terbatas. Ruang lingkung wilayah operasionalnya terbatas. Hanya di area maktab Indonesia, tidak bisa sampai ke Jamarat yang berjarak sekitar 2 kilometer dari tenda-tenda jamaah haji. (Abdul Malik Mubarak).
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3977 seconds (0.1#10.140)