Lingkungan Bersih, Bisa Langsung Santap Ikan Segar di Tempat

Jum'at, 02 Agustus 2019 - 02:05 WIB
Lingkungan Bersih, Bisa Langsung Santap Ikan Segar di Tempat
Lingkungan Bersih, Bisa Langsung Santap Ikan Segar di Tempat
A A A
JEDDAH - Kuliner di Arab Saudi tak melulu soal daging. Seafood juga mudah ditemui di negara ini. Pusat Pasar Ikan Jeddah menjadi penandanya.

Bau amis langsung tercium saat kami sampai di parkiran pasar ikan yang berada di Jalan Al Kurnaysh Kota Jeddah. Lokasinya tak begitu jauh dari tempat menginap, hanya butuh sekitar 10 menit perjalanan menggunakan mobil.

Pasar ini berada di kawasan khusus pinggir laut. Dikelilingi tembok tinggi. Untuk masuk ke dalamnya harus melalui pintu gerbang yang buka dari habis Subuh hingga azan Isya atau sekitar pukul 20.30 Waktu Arab Saudi (WAS).

Ketika masuk, pengunjung tak langsung menemukan pasar ikan. Di bagian depan banyak berjejer toko-toko alat pancing dan perlengkapannya. Bagi penghobi mancing, bisa mendapatkan alat-alat yang dibutuhkan, termasuk pakannya.

Berjalan masuk ke dalam, baru pasar ikan terlihat. Lapak-lapak penjual ikan berjajar rapi. Lantainya juga bersih tak banyak terlihat air atau bekas mengolah ikan berceceran. Air atau kotoran masuk ke dalam saluran yang ada di antara baris lapak.

"Ini adalah Pasar Central Ikan di wilayah Jeddah. Di sini meliputi pelelangan, pasar, sekaligus toko-toko pancing untuk nelayan dan penghobi," kata Warga Negara Indonesia (WNI) yang tingggal di Jeddah, Abdul Munif kepada Tim Media Center Haji (MCH), kemarin.

Ikan yang dijual di pasar ini cukup bervariasi. Ada kakap, tongkol, tuna, kerapu, dan lainnya. Udang, cumi dan lobster juga banyak. Ukurannya besar-besar, bahkan tergolong raksasa. Susah menemukan ikan kecil. Paling kecil seukuran telapak tangan orang dewasa.

"Yang paling mahal ikan kerapu merah, bisa sampai 120 riyal per kilogram. Paling murah, ikan sarden, tongkol," tutur pria asal Cilacap, Jawa Tengah ini.

Menurutnya, nelayan di Jeddah kebanyakan penduduk lokal yang berasal dari desa atau Badui. Mereka dibantu oleh tenaga ahli dari Bangladesh dan India. WNI tidak ada yang bekerja di bidang ini. Mereka lebih memilih bekerja di perusahaan, sopir, atau restauran.

Nelayan yang telah selesai melaut membawa hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di samping pasar. Jam bukanya dari pagi hingga zuhur. Yang membeli ikan di TPI adalah para pengepul atau orang-orang dari restauran dan hotel. Setelah dibeli oleh para pengepul, ikan baru dijual di pasar.

Bagi pembeli bisa menyantap langsung ikan atau hewan laut lain di tempat ini. Setelah dibeli, ikan bisa dibawa ke restoran yang juga berdampingan dengan pasar. Bisa digoreng biasa, dibakar, atau diolah menjadi menu yang diinginkan.

Menurutnya, menu olahan ikan juga banyak diminati warga lokal. Mereka datang bersama keluarga untuk makan ikan di tempat ini. Namun yang paling banyak adalah pendatang dari Filipina dan Indonesia. Setiap hari libur, Jumat dan Sabtu, mereka datang ke tempat ini untuk membeli ikan.

Tingkat konsumsi ikan juga meningkat pada bulan Ramadhan dan musim haji. Hotel-hotel dan rumah makan di Jeddah dan Mekkah membeli ikan dalam jumlah banyak. Karena itu, pada bulan-bulan itu, harga ikan sedikit lebih mahal.

Munif yang telah tinggal 10 tahun di Jeddah mengaku lebih senang mancing ikan di laut. Dia bersama WNI lain pecinta mancing yang tergabung dalam komunitas Insane Fishing Club, sering mancing ikan di di pinggir laut. Kadang-kadang juga sewan kapal untuk mancing di tengah laut. Hasilnya dikumpulkan untuk dimasak dan dimakan bareng.

"Membernya (komunitas Insane Fishing Club), sekitar 200-an lebih orang Indonesia," katanya.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, kata MUnif, setiap tahun menggelar lomba mancing bagi warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi. Acara ini menjadi ajang temu kangen WNI dengan saudara-saudara setanah air di Jeddah dan sekitarnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1730 seconds (0.1#10.140)