Sebanyak 4.100 Petugas Siap Lancarkan Puncak Haji

Rabu, 31 Juli 2019 - 08:42 WIB
Sebanyak 4.100 Petugas Siap Lancarkan Puncak Haji
Sebanyak 4.100 Petugas Siap Lancarkan Puncak Haji
A A A
JEDDAH - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mulai mempersiapkan skenario pergerakan petugas dan jamaah haji pada puncak musim haji pada 9-14 Agustus mendatang.

Sejumlah titik kritis telah dipetakan untuk mengantisi pasi potensi kejadian yang bisa menimpa jamaah haji Indonesia. Kepala Satuan Operasional (Kasatops) Armuzna, Jaitul Muchlis mengatakan, sesuai jadwal yang telah ditetapkan, jamaah haji Indonesia akan mulai didorong ke Padang Arafah pada 8 Zulhijah 1440 H atau 9 Agustus 2019 pukul 07.00 waktu Arab Saudi (WAS).

Mereka akan di angkut menggunakan bus yang disiapkan Pemerintah Arab Saudi menuju maktabnya. Indonesia memiliki 73 maktab sebagai tempat wukuf jamaah haji di Arafah.

“Jamaah haji dari Indonesia dan juga seluruh dunia tentu akan melakukan pergerakan dari tanggal 8 Zulhijah (9 Agustus 2019) sejak pukul 07.00,“ katanya seusai sosialisasi Strategi Layanan di Armuzna dan Seksus Haram 2019 kepada petugas Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, kemarin.

Menurutnya, jamaah haji Indonesia akan berada di Arafah hingga menjelang atau bakda magrib pada 9 Zulhijah atau 10 Agustus 2019. Mereka akan bergerak ke Muzdalifah untuk melakukan mabit hingga tengah malam.

Setelah itu, jamaah akan kembali digerakkan me nuju Mina. Puncak haji adalah waktu sangat ramai karena jamaah haji dari seluruh dunia melakukan ritual ibadah yang sama dalam waktu bersamaan. Karena itu, PPIH mengerahkan seluruh personelnya untuk memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan kepada jamaah haji Indonesia.

Mereka dibagi dalam satuan tugas (satgas) yang ditempatkan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. “Pergerakan jamaah haji dari Mekkah ke Arafah akan dilayani oleh Satgas Arafah, selanjutnya dari Arafah menuju Muzdalifah dilayani Satgas Mudzalifah, dan ketika jamaah masuk wilayah Mina, mereka akan dilayani Satgas Mina," kata Jaitul.

Dia menyatakan, pihaknya telah memetakan titik-titik kritis jamaah saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Na mun, yang menjadi fokus per hatiannya adalah ketika berada di Mina. Sebab jamaah haji tinggal selama tiga hari di lokasi itu.

Mobilitas mereka juga sangat tinggi karena bolakbalik dari tenda menuju jamarot (tempat melempar jumrah) untuk melempar jumrah. Kondisi ini kerap kali membuat jamaah kelelahan sehingga jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia. Untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan, maka Satgas Mina diperkuat.

PPIH telah membentuk 11 pos stasioner, 11 sektor adhoc, serta tim mobile crisis di kawasan Mina. Hampir seluruh personel petugas akan dilibatkan mulai dari kesehatan, perlindungan jamaah (linjam), promotif-preventif, Tim Gerak Cepat (TGC), P3JH, hingga media center.

“Semua totalitas. Petugas akan concern selama pelaksanaan prosesi di Mina,” katanya. Jaitul mengimbau kepada se luruh jamaah haji Indonesia untuk benar-benar menyiap kan fisiknya sebelum masa puncak haji. Ritual ibadah selama 6-7 hari mulai dari wukuf di Arafah, menginap di Muzdalifah dan Mina, hingga melempar jumrah, membutuhkan fisik bugar dan sehat.

Asupan makan serta minum juga harus dijaga agar kondisi tubuh tetap prima. “Saya berharap H-2 sebelum ada pergerakan dari Mekkah ke Arafah, jamaah tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menyita kesiapan fisik,” ujarnya.

Dalam melempar jumrah, jamaah juga diminta memilih waktu-waktu yang agak sepi. Jangan memaksakan diri melakukan jumrah pada waktu-waktu afdoliat, seperti saat duha, karena kepadatannya luar biasa. Mereka akan berhadapan dengan jamaah haji dari negara lain yang memiliki postur fisik lebih tinggi dan lebih besar.

Ada pun bagi jamaah yang memiliki keterbatasan fisik, diminta agar tidak melakukan per gerakan ke jamarot. Mereka bisa mewakilkan kepada jamaah yang lebih kuat melempar jumrah. “Saya juga mengimbau kepada kelompok bimbingan ibadah untuk tidak memberikan program-program yang tidak mengukur kemampuan fisik jamaah. Jangan dipaksakan ke jamarat, karena bisa diwakilkan,” katanya.

50 Petugas Haji Tambahan Tiba di Arab Saudi
Sementara itu, sebanyak 54 petugas haji tambahan tiba Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Senin (29/7/ 2019) sore. Tenaga tambahan ini akan ditugaskan membantu operasional haji di Tanah Suci.

Kedatangan petugas tambahan ini disambut Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali didampingi Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Endang Jumali dan Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah, Arsyad Hidayat.

Menurut Nizar, untuk sementara waktu 54 petugas tambahan akan ditempatkan di Kota Mekkah sebagai persiapan jelang wukuf di Arafah. “Pasca haji akan kita deploi (tempatkan) di Mekkah dan Madinah sehingga nanti paling tidak membantu jamaah haji di Mekkah maupun di Madinah agar bisa optimal,” katanya.

Petugas tambahan itu, kata Nizar, berasal dari berbagai instansi, seperti TNI/Polri, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan (ormas), dan Kementerian Agama. Nizar Ali mengatakan konfigurasi petugas telah ditetapkan. Petugas Daker Bandara akan menjadi leading sector di Arafah.

Daker Mekkah akan bertugas di Muzdalifah, adapun Daker Madinah akan menjadi penanggung jawab di Mina. “Mereka (masing-masing daker) akan dibantu petugas lain karena ini sifatnya adalah tim. Misalnya di Arafah, meski yang bertugas Daker Bandara, tapi 1/3 petugas dari daker lain akan membantu sehingga nanti ada shift-shift-an, bisa bergantian istirahat,” katanya. (Abdul Malik Mubarak)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0616 seconds (0.1#10.140)