Kampus Sambut Antusias Konsolidasi Lembaga Riset

Kamis, 25 April 2019 - 08:35 WIB
Kampus Sambut Antusias Konsolidasi Lembaga Riset
Kampus Sambut Antusias Konsolidasi Lembaga Riset
A A A
JAKARTA - Kalangan akademisi menyambut antusias gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengonsolidasikan semua lembaga riset di Tanah Air dan menyiapkan dana abadi penelitian Rp1 triliun sebagai tahap awal.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia Asep Saefuddin berpendapat, adanya komitmen pemerintah untuk menyediakan dana abadi sangat ditunggu-tunggu oleh semua peneliti. “Dana abadi sangat penting untuk kepastian dan keberlanjutan riset-riset yang bersifat multiyears. Proses riset sejatinya tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong sehingga perlu ada kepastian dana," jelas Rektor Universitas Al Azhar Indonesia ini kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sutrisno Wibowo mendukung langkah pemerintah menyiapkan dana abadi riset setelah lembaga riset terkonsolidasi. Sutrisno memandang hal ini dapat mengakselerasi kuantitas dan kualitas riset di Indonesia. Selama ini, kata dia, dana riset di Indonesia termasuk kecil.

“UNY sangat mendukung tumbuhnya iklim positif bagi perkembangan riset dan publikasi ilmiah para dosen. Dukungan ini diwujudkan dengan penyediaan anggaran termasuk road map penelitian dan memberdayakan peran dosen," kata pengamat pendidikan ini.

Dia berharap konsolidasi lembaga-lembaga riset didukung dana abadi riset dapat mendorong meningkatnya jumlah publikasi dosen baik jurnal maupun prosiding dari lembaga pengindeks bereputasi, terutama Scopus. Terlebih, salah satu tugas dosen adalah riset. Hasil-hasil penelitian pun diyakini akan lebih aplikatif demi kemajuan pembangunan dan masyarakat. “Dengan iklim dan dana yang memadai, visi UNY menjadi world class university pada 2025 kian mudah tercapai,” harapnya.

Di tempat terpisah, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Fauzan menyatakan, dana abadi riset menjadi kebutuhan mutlak untuk mendukung proses pembangunan Indonesia agar lebih maju dan tangguh menghadapi kompetisi di masa mendatang.

"Sinergitas di bidang riset, sangat dibutuhkan sebagai modal utama dalam pembangunan dan menyelesaikan beragam permasalahan bangsa. Dengan begitu, pembangunan dan pemecahan masalah dapat dilakukan berdasarkan data empiris dan ilmiah hasil riset," ungkapnya.

Dia menekankan, riset sebagai pangkal dari pembangunan harus semakin berkembang dan memiliki nilai fungsional dalam mendukung ketahanan nasional, baik ketahanan sosial-politik, ketahanan ekonomi, ketahanan pangan, ketahanan di bidang pertahanan, maupun ketahanan budaya.

Kehadiran dana abadi riset, tentunya juga semakin menguatkan lembaga riset di dalam negeri untuk membangun sinergi dengan lembaga-lembaga riset di luar negeri. "Bisa saling bersinergi dan menguatkan, sehingga hasil riset bisa menjadi solusi mengatasi berbagai persoalan negara," pungkas Fauzan.

Kemarin Presiden Jokowi kembali melontarkan rencananya untuk mengonsolidasikan semua lembaga riset di Indonesia. Konsolidasi seluruh lembaga riset bertujuan agar visi dan arah riset di Indonesia semakin jelas.

Pemerintah telah menganggarkan dana penelitian pada APBN tahun anggaran 2018 sebesar Rp990 miliar. Dana ini untuk membiayai riset-riset yang lebih fleksibel, tidak bergantung soal tahun dan administrasi yang rumit.

“Sekarang (pemerintah) sedang fokus konsolidasi seluruh lembaga riset. Selanjutnya, kami siapkan dana abadi riset,” kata Presiden di JCC, Jakarta, kemarin.

Sehari sebelumnya,Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan alokasi anggaran dana abadi riset seiring digencarkannya program pembangunan sumber daya manusia (SDM).

"Anggaran penelitian abadi, nanti akan kami naikkan cukup signifikan dari yang sekarang sebesar Rp1 triliun," kata Sri Mulyani di kompleks Istana Bogor, Selasa (23/4).

Sri mengungkapkan, Presiden Jokowi menginstruksikan agar dana abadi penelitian dapat menunjang anggaran kebudayaan.

Konsolidasi semua lembaga riset di seluruh kementerian dan lembaga berada di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Menurut mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini, pemerintah anggaran awal untuk dana abadi penelitian sebesar sekitar Rp1 triliun dialokasikan mulai 2019. Skema ini dilakukan berkaca pada kesuksesan dana abadi beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang kini mengelola dana abadi beasiswa sebesar Rp55 triliun.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko memandang pengalokasian dana abadi riset merupakan satu lompatan kebijakan yang harus diapresiasi.

Namun, dana riset tidak bisa serta merta dikucurkan. Menurut dia, masih ada hal-hal yang harus dipersiapkan dan diperbaiki.

“Seperti tax deduction bagi swasta yang mengalokasikan belanja riset. Lalu peningkatan critical mass SDM, infrastruktur, belanja riset, dan realisasi aneka infrastruktur strategis riset,” ungkapnya.

Hal lain yang tak kalah penting adalah perbaikan manajemen riset di internal lembaga riset. Secara umum, kata Laksana, manajemen riset di Tanah Air belum mengimplementasikan manajemen anggaran berbasis kompetensi. Dia juga menyinggung manajemen SDM berbasis reward and punishment atau sistem insentif dan disinsentif, termasuk manajemen infrastruktur riset secara kolaboratif dan terbuka. “Sepemahaman saya, yang dimaksud konsolidasi dan sinkronisasi tidak sekadar masalah tumpang tindih organisasi, tetapi bagaimana menciptakan critical mass yang lebih baik di semua aspek riset,” paparnya.

Apa idealnya fokus pertama alokasi dana abadi riset? “Untuk mendukung pengembangan teknologi kunci, terutama yang dapat menjadi sarana pengembangan produk ataupun ekonomi kreatif yang berbasis pengetahuan. Itu akan memberikan dampak ekonomi berganda dalam jangka panjang,” jawab Laksana. (Neneng Zubaidah/Yuswantoro/Priyo Setyawan/Dita Angga)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7649 seconds (0.1#10.140)