BNPT Sebut Ada Perubahan Pola dan Modus Aksi Terorisme

Rabu, 24 April 2019 - 08:40 WIB
BNPT Sebut Ada Perubahan Pola dan Modus Aksi Terorisme
BNPT Sebut Ada Perubahan Pola dan Modus Aksi Terorisme
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan, kini terjadi perubahan pola dan modus terorisme yang ditunjukkan dengan memanfaatkan secara masif kecanggihan teknologi dan informasi oleh kelompok teroris dalam menyebarkan pesan kekerasan dan rekrutmen anggota mereka.

Karena itu, dalam melawan terorisme tidak hanya sekadar mewaspadai panggung aksi kekerasan mereka saja. Tetapi juga harus mewaspadai panggung narasi kekerasan yang tersebar di dunia maya.

Hal itu diungkapkan Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis saat membuka “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” di Jakarta, kemarin.

Menurut Hendri, aksi kekerasan dan terorisme bisa dicegah dan diamputasi melalui upaya penindakan dan penegakan hukum. Namun narasi kekerasan dan terorisme yang masif serta viral di dunia maya sulit untuk ditanggulangi. “Sesungguhnya melawan terorisme saat ini adalah melawan narasi kekerasan yang mudah mempengaruhi semua lapisan masyarakat. Pasalnya, tidak ada orang yang kebal dari pengaruh ideologi dan indoktrinasi kecuali mempunyai imunitas dan kecerdasan dalam menangkalnya,” tandas Hendri.

Karena itu, BNPT menunjuk 110 para generasi muda lintas negara menjadi Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara. Sebanyak 50 orang berasal dari negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Kamboja, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Laos. Sisanya, sebanyak 60 duta berasal dari Indonesia.

Mereka kemarin dilantik dan berkumpul di Jakarta untuk mengikuti “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” atau Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara 2019.Saat ini ada 780 generasi muda Indonesia dari 13 provinsi telah bergabung dalam duta damai dunia yang dibentuk sejak 2016 lalu.

“Kami sengaja memperluas Duta Damai Dunia Maya ke kawasan Asia Tenggara karena saat ini seluruh negara di dunia sedang menghadapi perubahan pola dan modus terorisme dari cara lama ke cara baru,” ungkapnya.

Hendri mengatakan, dalam perang narasi kekerasan dan teror di dunia maya, maka generasi muda merupakan kelompok yang paling rentan karena secara demografi pengguna terbesar dunia maya adalah generasi muda. Itu akan sangat berbahaya bila tidak ditangkal melalui upaya peningkatan kapasitas dan kemampuan literasi media dan literasi digital.

“Generasi muda adalah kelompok usia yang sedang mencari jati diri, identitas, dan idealisme. Apabila dalam proses itu mereka selalu bersinggungan dengan narasi kekerasan, maka akan menimbulkan apa yang disebut self radicalization melalui dunia maya,” tandasnya.

Direktur Pencegahan BNPT Hamli mengatakan, sejauh ini Duta Damai Dunia Maya di Indonesia dan para pegiat perdamaian di dunia maya sudah melakukan kontra narasi di dunia maya. Dan itu sangat efektif dalam memerangi propaganda terorisme dan ekstremisme di dunia maya. “Dengan adanya Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara ini, maka kita bisa berkolaborasi dan berbagi peran dalam melawan propaganda terorisme dan ektremisme di dunia maya dalam ruang yang lebih luas lagi,” tandasnya.

Terkait efektifitas kontranarasi dalam memerangi radikalisme dan terorisme di dunia maya, Hamli menilai hal itu masih perlu penelitian lebih lanjut. Tetapi, menurut dia, harus dipahami bahwa semakin banyak pihak yang saat ini juga memasuki cyber space, terutama dari kelompok moderat yang memiliki kemampuan IT, DKV, dan blogger terinspirasi oleh keberadaan Duta Damai Dunia Maya. “Ini dinilai sangat positif karena dengan demikian akan semakin banyak generasi muda dan kelompok moderat yang menggaungkan kontranarasi di dunia maya,” ungkapnya. (Binti Mufarida)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6867 seconds (0.1#10.140)