Kiai Ma'ruf Ajak Relawan Bekerja Keras Tanpa Korbankan Persatuan

Rabu, 20 Maret 2019 - 19:55 WIB
Kiai Maruf Ajak Relawan Bekerja Keras Tanpa Korbankan Persatuan
Kiai Ma'ruf Ajak Relawan Bekerja Keras Tanpa Korbankan Persatuan
A A A
BENGKULU - Cawapres 01 KH Ma'ruf Amin mengajak seluruh relawan untuk bekerja keras memenangkan Pilpres 2019. Namun mereka tidak boleh mengorbankan persatuan.

"Berbagai cara dilakukan, termasuk door to door dari darat, udara, dan langit," kata Kiai Ma'ruf saat menghadiri Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama di Grage Hotel, Provinsi Bengkulu, Rabu (20/3/2019).

Pada kesempatan itu, Kiai Ma'ruf menargetkan pasangan nomor urut 01 bisa menang di Bengkulu sekitar 70%. "Kalau di Pulau Jawa mungkin agak sedikit halus. Kalau di Sumatera karena karakter berbeda maka agak sedikit lebih tegas sesuai dengan semangat orang Sumatera, yakin akan menang 70% di Bengkulu," ujarnya.

Apalagi, Jokowi sudah meletakkan landasan untuk kemajuan Indonesia. Maka itu harus didukung.

Namun demikian, di dalam kerja keras untuk menang itu, Kiai Ma'ruf mengingatkan untuk tetap terus menjaga keutuhan bangsa dan menghindari terjadinya konflik. Tidak boleh menghalalkan segala cara.

"Kita harus menjaga merawat keutuhan bangsa ini dan mencegah terjadinya konflik, mencegah terjadinya paham-paham intoleran. Baik dari kalangan Islam maupun non-Islam," tuturnya.

Lebih lanjut, Kiai Ma’ruf menjabarkan empat bingkai kerukunan yang harus dijaga oleh bangsa Indonesia. Menurutnya di tahun politik seperti saat ini, empat bingkai tersebut harus dijaga. Hal itu agar hubungan antarmasyarakat tetap rukun dan maju.

Pertama, bingkai politis. Indonesia memiliki bingkai politis yang menyatukan seluruh bangsa termasuk kerukunan beragama. Ia mengatakan, kerukunan modal bernegara dan unsur utama yaitu kerukunan antarumat beragama.

"Jika antar-umat beragama tidak rukun, maka stabilitas keamanan negara akan terganggu. Karena itu, potensi konflik antarumat beragama harus dicegah," kata kiai asal Tangerang, Banten ini.

Ia menyebutkan, Indonesia pernah mengalami kerusuhan disebabkan oleh sentimen agama, yaitu di Poso dan Ambon. Ini harus menjadi sebuah pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk mencegah terjadi kembali.

Kedua, bingkai yuridis. Ia mengungkapkan harus ada upaya menangkal masuknya ideologi yang melahirkan kelompok intoleran dan bertentangan dengan Pancasila ataupun Undang-undang Dasar 1945.

"Soal khilafah enggak usah petentang-petenteng, proporsional saja yang tidak menyalahi kesepakatan. Kalau orang menyalahi kesepakatan, bubar NKRI," ucap Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) itu.

Ketiga, lanjut Mustasyar PBNU itu, bingkai kearifan lokal. Menurut dia, kearifan lokal tidak bisa diganggu karena menyentuh langsung pada budaya dan kepercayaan warga setempat.

Bingkai keempat adalah teologi. Menurut putra Abuya Amin ini, setiap masyarakat harus mengetahui batasan-batasan untuk tidak melukai umat yang berbeda keyakinan. "Umat beragama harus membangun teologi kerukunan. Jangan teologi konflik," tuturnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1630 seconds (0.1#10.140)