Ke Tebu Ireng, Menhan Minta Ulama dan Santri Jadi Garda Terdepan NKRI

Jum'at, 15 Maret 2019 - 19:24 WIB
Ke Tebu Ireng, Menhan Minta Ulama dan Santri Jadi Garda Terdepan NKRI
Ke Tebu Ireng, Menhan Minta Ulama dan Santri Jadi Garda Terdepan NKRI
A A A
JAWA TIMUR - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengingatkan agar ulama dan santri mengambil peran sebagai garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Indonesia adalah rumah kita bersama. Sebagai anak bangsa, apakah kalian rela jika ada sekelompok orang yang tidak mengerti yang ingin menghancurkan kedamaian dan ketenteraman yang kita miliki. Serta mereka juga ingin mengubah Pancasila dan menjadikan Indonesia menjadi bangsa tanpa keragaman atau negeri untuk satu golongan saja," tutur Ryamizard dalam sambutannya saat memberikan ceramah Bela Negara kepada ratusan santri dan santriwati di Aula Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (15/3/2019).

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengatakan, sebagai umat Islam yang rahmatan lil alamin, semua harus bangga menjadi bangsa Indonesia. Sebab bangsa ini adalah bangsa besar dan negara besar.

"Para ulama dan santri semua yang hadir di sini lahir dari keturunan para pejuang dan patriot-patriot bangsa Indonesia. Saudara semua juga adalah pewaris utama kemurnian nilai-nilai Pancasila," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, semua harus menyadari bahwa muruwah dan amanah yang mulia sebagai generasi penerus yang berkewajiban untuk melanjutkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur terutama untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat berdasarkan Pancasila.

Ryamizard menambahkan, semangat kesadaran Bela Negara harus mendarah daging dalam diri masyarakat Indonesia."Kalau para ulama dan para santri tidak melaksanakan Bela Negara dan tidak membela Pancasila serta UUD 1945, maka saudara telah menjadi pengkhianat kepada bangsa ini," tegas Ryamizard.
Dia juga menjelaskan ancaman-ancaman yang dapat mengganggu keutuhan bangsa Indonesia, yakni ancaman nyata dan acaman belum nyata (berbentuk fisik). Selain itu perlu diwapadai juga ancaman nonfisik yaitu ancaman terhadap "mindset" bangsa Indonesia yang berupaya untuk mengubah Ideologi negara Pancasila atau yang populer dengan istilah perang modern atau proxy war.

"Ancaman ini berbentuk kekuatan 'soft power' yang berupaya untuk merusak jati diri bangsa Indonesia melalui pengaruh kehidupan ideologi asing yang beraliran materialisme," ucapnya.

Saat ini, kata dia, salah satu ancaman yang sangat nyata dan merupakan bentuk penistaan terhadap agama, negara dan bangsa Indonesia sangat berpengaruh terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa adalah terorisme dan radikalisme.

Ancaman itu tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut di masyarakat, tetapi juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara.

"Mereka ini bukan Islam karena ajaran Islam adalah ajaran yang damai dan rahmatan lil alamin. Sangat tidak masuk akal seorang ibu dapat mengajak anak-anaknya untuk melakukan aksi bunuh diri," katanya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5348 seconds (0.1#10.140)