Inovasi RI Bidik Pasar Internasional di Innovasi Day 2019

Kamis, 14 Maret 2019 - 14:17 WIB
Inovasi RI Bidik Pasar Internasional di Innovasi Day 2019
Inovasi RI Bidik Pasar Internasional di Innovasi Day 2019
A A A
JAKARTA - Indonesia akan menggelar Indonesia Innovation Day (Indonesia ID 2019) di Jerman. Sebanyak 20 produk unggulan dari Pusat Unggulan Iptek (PUI) akan dipromosikan ke pasar internasional. PUI harus bisa melahirkan produk hasil riset yang bisa dihilirkan untuk kebutuhan nasional ataupun internasional agar bisa menjadi lembaga unggul.

“Sekarang kan zamannya terbuka. kita harus berani keluar. Berani menjual inovasi kita ke luar (negeri),” kata Direktur Lembaga Litbang Ditjen Kelembagaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Kemal Prihatman dalam Forum Pembekalan Penguatan Kapasitas Hiliri sasi Produk Unggulan PUI Tahun 2019 dan Persiapan Indonesia Innovation Day 2019, di Jakarta.

Kemal menjelaskan, salah satu cara untuk memasarkan hasil inovasi dari PUI adalah dengan menginisiasi Indonesia ID 2019. Tahun ini acara tersebut akan dihelat di Kota Saarland, Jerman, 26 Juni 2019. Indonesia ID ini sudah digelar tiga kali. Pada 2017 di HighTech Cam pus Eindhoven, Belanda dan 2018 di Universitas Kobe, Jepang.

Dia mengungkapkan, pada pameran di Belanda ada sembilan kontrak yang berhasil terjalin. Ditambah lagi enam kontrak yang sampai saat ini masih dalam proses negosiasi. Sementara di Jepang, ada 20 kontrak yang berhasil terjalin dengan industri di Negeri Sakura itu.

“Kenapa laku (inovasi) karena kita memiliki kekhasan. Kita jual sesuatu yang mereka tidak miliki,” jelasnya. Dia menyampaikan, produk yang laku di Jepang saat itu mu lai obat-obatan, pangan, produk kesehatan dari buah noni, ICT, hingga teknologi pencelupan batik yang dipakai industri Jepang untuk membuat yukata (salah satu jenis kimono).

Sementara untuk di Jerman nanti, katanya, akan ada 20 produk PUI yang akan dijual untuk menjangkau pasar Eropa dan sekitarnya. Menurut Kemal, ada target lima kontrak internasional di Indonesia ID 2019 di Jerman nanti.

“Kita bidik kerja sama pembuatan produk dengan industri luar negeri dan kerja sama pengembangan pro duk dengan lembaga litbang khususnya di Eropa,” jelasnya. Kemal menjelaskan, kerja sama tersebut diharapkan mem buka peluang untuk kerja sama lanjutan serta meningkatkan ketertarikan pihak asing terhadap investasi riset di Indonesia.

Selain itu, juga membuka jalan untuk kolaborasi riset maupun industri ne gara Indonesia di lingkungan internasional, serta peluang lainnya yang mendukung peningkatan pemanfaatan hasil produk berbasis riset di Indonesia.

Lingkup produk inovasi yang akan dihilirkan pada Indonesia ID 2019 mencakup bidang pangan pertanian, kesehatan obat, sosial, budaya dan humaniora, telekomunikasi, informasi dan komunikasi, material maju, dan kemaritiman.

Dia menyampaikan, seba gai rangkaian menuju Indonesia ID 2019, pihaknya mengadakan forum pembekalan yang tujuannya agar produk yang bisa dipamerkan potensi jualnya bisa tinggi.

Melalui forum itu, para peserta akan diberikan pemahaman terkait standar, mekanisme pelaksanaan kerja sama dengan instansi internasional, serta meningkatkan kemampuan peserta untuk menciptakan strategi pemasaran, branding, dan penyajian informasi.

Sementara itu, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati mengatakan, LIPI telah mengembangkan riset kultur jaringan daun tanaman stevia rebaudiana.

“Tanaman stevia dapat digunakan sebagai pemanis pengganti gula yang aman untuk dikonsumsi penderita penyakit diabetes,” tuturnya melalui siaran pers. Untuk mengembangkan riset kultur jaringan stevia, LIPI telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan satu perusahaan di Sumatera Utara untuk pendampingan kultur jaringan tanaman stevia.

“Ini adalah pengakuan sektor swasta terhadap hasil riset LIPI, khususnya kultur jaringan tanaman stevia,” jelas Enny. Di lokasi terpisah, Dirjen Pembelajaran dan Ke mahasiswaan Kemenristek-Dikti Ismunandar mengatakan bahwa otomatisasi, internet of things, artificial intelligence, dan humanmachine yang identik dengan Revolusi Industri 4.0 tidak akan mampu membunuh kreativitas dan seni yang ada dalam diri manusia.

Oleh karena itu, dia ber pesan kepada alumni Ikatan Alumni Institut Seni Budaya Indonesia untuk terus bersinergi dengan almamater guna melahirkan industri kreatif dan seni agar berdaya guna serta bernilai tambah, demi mewujudkan program pemerintah mendorong pemajuan kebudayaan dan menciptakan lapangan kerja kreatif.

“Prioritas nasional berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 sebenarnya berkaitan dengan otomatisasi. Namun, semuanya seolah tidak berkaitan dengan seni, padahal ada di semua lini pekerjaan (kesenian) ini. Seperti desain, kreativitas, dan sebagainya, itu sangat dibutuhkan. Kreativitas dan seni itu sesuatu yang tidak bisa diotomatisasi,” terangnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5267 seconds (0.1#10.140)