Jadikan Rumah Ibadah sebagai Pusat Kedamaian

Rabu, 20 Februari 2019 - 12:28 WIB
Jadikan Rumah Ibadah sebagai Pusat Kedamaian
Jadikan Rumah Ibadah sebagai Pusat Kedamaian
A A A
JAKARTA - Keberadaan rumah ibadah tidak hanya sebagai sarana aktivitas keagamaan, tetapi juga sebagai media dalam mempersatukan umat.

Karena misi mempersatukan itu, rumah ibadah harus dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan narasi kesejukan dan perdamaian, bukan narasi kebencian yang dapat memecah belah persatuan diantara umat manusia

Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, HM Muammar Bakry mengatakan, masyarakat harus bisa memaknai rumah ibadah itu sebagai tempat untuk saling menolong dan memperkokoh persatuan antar umat.

Dalam agama Islam, kata dia, rumah ibadah dinamakan masjid, yang artinya tempat untuk bersujud. Semua rangkaian ibadah salat umat Islam itu bukan hanya sujud, tetapi juga ada berdiri, ada duduk.

Namun masjid tidak dinamakan tempat itu sebagai tempat berdiri, maupun tidak dinamakan sebagai tempat duduk majelis. Namun Masjid dinamankan sebagai tempat untuk tempat sujud.

“Maknanya sujud itu artinya merasa diri sebagai seorang hamba di hadapan Allah, kemudian dengan konsep seperti itu lahir humble. Jadi hubungan sesama manusia itu terjalin dengan silaturahim,” tutur Muammar, di acara Rapat Kerja Nasional Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (Rakernas FKPT) di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Selasa 19 Februari 2019.

Menurut dia, itu sebabnya dalam konsep Islam ketika melakukan salat berjamaan, afdalnya menyatukan, mendekatkan badan dengan badan kanan kiri jamaah lainnya.

Hal itu dikatakannya memiliki makna manusia adalah ukhuwah. Manusia itu menjalin ukhuwah dari masjid. Ketika selesai salat selalu diakhiri dengan memberikan salam yang memiliki arti kedamaian.

“Konsep ibadah di dalam Islam itu adalah salat yang sesungguhnya melahirkan jiwa-jiwa damai. Bahkan dalam Islam itu bukan hanya damai dengan dirinya sendiri, tetapi dia menjadi pelopor perdamaian. Islam itu bukan hanya sekadar damai, tapi berupaya untuk menjadikan pihak lain di luar dari dirinya, orang lain merasa menikmati kedamaian itu. Jadi harapan konsep ibadah di dalam Islam itu ya seperti itu,” tutur Wakil Rektor IV Universitas Islam Makassar (UIM) ini.

Menurut dia, sudah menjadi suatu keharusan rumah ibadah menjadi pusat kedamaian dan pusat perdamaian.

“Bukan hanya di masjid yang memiliki konsep seperti itu, tetapi semua rumah ibadah dalam semua agama juga menjadi pusat perdamaian dan kedamaian. Karena tidak ada agama mana pun yang memerintahkan untuk berbuat anarkis atau memerintahkan intoleran kepada para penganutnya,” ucap Muammar Bakry.

Pemimpin Pondok Pesantren Multidimensi Al-Fakhriyah Makassar ini menjelaskan, para pengurus rumah ibadah harus bisa menjadikan rumah ibadah sebagai ajang untuk mempersatukan umat.

Untuk itu, kata dia, sudah seharusnya para pemuka agama, atau penceramah dalam menyampaikan pesannya supaya bisa membuat masyarakat merasa terlindungi, tanpa ujaran kebencian ataupun hal-hal yang dapat menganggu persatuan umat

“Imam yang baik itu adalah imam yang mengetahui kondisi jamaahnya. Artinya jangan sampai dakwah-dakwah yang disebarkan dan disampaikan justru merusak sistem yang sudah baik di masyarakat atau di lingkungan jamaah itu,” tuturnya.

Dia juga mengimbau kepada para masyarakat ataupun pengurus rumah ibadah jika menemukan ada orang yang menyebarkan narasi kebencian di rumah ibadah sebaiknya melaporkan ke pihak keamanan.

“Jangan sampai justru tempat ibadah menjadi lahan perpecahan,"katanya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8234 seconds (0.1#10.140)