Debat Capres, Ini Tanggapan Pengamat Soal Penampilan Jokowi dan Prabowo

Senin, 18 Februari 2019 - 11:48 WIB
Debat Capres, Ini Tanggapan Pengamat Soal Penampilan Jokowi dan Prabowo
Debat Capres, Ini Tanggapan Pengamat Soal Penampilan Jokowi dan Prabowo
A A A
JAKARTA - Dengan posisi sebagai petahana, data-data yang disampaikan harusnya bisa lebih akurat. Bukan hanya itu, penyampaian data harusnya disertai dengan mengungkap data mengenai dampak terhadap masyarakat dan manfaatnya terhadap kepentingan nasional. Terutama kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan penguatan ekonomi nasional.

Namun itu semua terlewatkan oleh petahana dalam kesempatan debat kedua malam tadi.

“Dengan demikian, dari seluruh sesi debat, apa yang disampaikan petahana sangatlah artifisial. Bagi petahana kesemuanya itu penting dijelaskan ke publik, terutama menyangkut kepentingan mensejahterakan rakyat, memperkuat perekonomian nasional dan pembangunan yang tetap memperhatikan daya dukung dan kelestarian lingkungan hidup,” ujar analis ekonomi dan politik Kusfiardi, Senin (18/2/2019).

Sementara Zaenal A Budiyono, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), mengatakan, secara umum penampilan kedua capres sudah lebih baik dibanding debat pertama yang kaku karena kungkungan kisi-kisi.

Meski demikian, dari sisi performance dalam penyampaian pendapat dan tanggapan, ada perbedaan mendasar antara Jokowi dan Prabowo. Perbedaan terletak pada narasi yang dibangun dan pilihan diksi keduanya.

“Meski banyak yang geregetan gara-gara Prabowo terlalu santun, namun pilihan strategi ini menurut saya sudah dipikirkan masak,” ujar Zaenal yang juga pengamat dan dosen Universitas Al-Azhar Indonesia.

Sebelumnya, opini awam tentang Prabowo adalah sosok yang kaku dan otoriter. Apalagi masa lalunya yang penuh tuduhan membuat stigma negatif melekat. Pada 2014 ia belum sepenuhnya bisa keluar dari “jeratan” stigma itu. Namun di Pilpres 2019 kita seolah melihat the new Prabowo yang lebih sabar, lebih humoris dan genuine.

“Peta pemilih sendiri pada umumnya cenderung bersimpati kepada pemimpin yang santun. Terpilihnya SBY dalam dua periode membuktikan asumsi ini. SBY tidak lebih pintar dari Amien Rais, Megawati, Wiranto maupun Jusuf Kalla—nama-nama yang menjadi kompetitornya di 2004 dan 2009. Namun ia dipersepsikan oleh publik sebagai tokoh yang santun dan jarang menyerang kompetitor secara berlebihan,” terangnya.

“Kita tidak tahu apakah perubahan sikap Prabowo di 2014 dan sekarang karena ada pengaruh SBY?” kata Zaenal.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4458 seconds (0.1#10.140)