Pengamat: Tujuan Utama Survei Bukan untuk Memengaruhi Publik

Sabtu, 09 Februari 2019 - 15:37 WIB
Pengamat: Tujuan Utama Survei Bukan untuk Memengaruhi Publik
Pengamat: Tujuan Utama Survei Bukan untuk Memengaruhi Publik
A A A
JAKARTA - Pengamat Politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menyebut membanjirnya hasil polling menjelang pemilu bukan hal baru. Hasil polling atau survei opini publik yang memprediksi peta dukungan kandidat hampir terjadi di setiap negara yang melaksanakan pemilu.

Di Indonesia sendiri, kata Karyono instrumen survei atau polling untuk memprediksi kemenangan kandidat semakin populer sejak diberlakukannya sistem pemilihan langsung. Bahkan, hasil polling sudah menjadi kebutuhan bagi kandidat untuk memetakan kekuatan dan kelemahan.

"Hasil survei tidak hanya memotret popularitas dan elektabilitas. Instrumen survei juga dapat menggali berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menyusun strategi pemenangan yang efektif," ujar Karyono kepada SINDOnews, Jumat (8/2/2019).

(Baca juga: Berpartisipasi di Pemilu, Lembaga Survei Wajib Daftar ke KPU)


Pasalnya, kata Karyono, data survei juga menyajikan peta dukungan segmen pemilih berdasarkan wilayah, gender, usia, kelas sosial ekonomi, agama, etnis, primordial, dan lain-lain. Selain itu, peta dukungan kandidat berdasarkan segmen pemilih partai.

"Yang tak kalah penting dari hasil survei tersebut mampu menyajikan data tentang perilaku masyarakat tentang alasan memilih dan mendeteksi pengaruh isu-isu yang terjadi di masyarakat," jelasnya.

Karyono menjelaskan tujuan survei atau polling sejatinya bukan untuk memengaruhi opini publik tapi untuk mendapatkan data dan informasi tentang peta kekuatan masing-masing kontestan dan perilaku pemilih (voter behavior) dan berbagai hal yang saya sebutkan di atas. "Jadi sekali lagi, tujuan utama dari survei bukan untuk memengaruhi opini publik."

"Kalaupun ada yang memiliki tujuan untuk memengaruhi opini publik melalui publikasi survei, menurut saya tidak akan signifikan pengaruhnya," sambungnya.

(Baca juga: Pemilu 2019 Jadi Tahun Pertaruhan Kredibilitas Lembaga Survei)


Selain itu, lanjut Karyono, pada dasarnya hasil survei bukan merupakan faktor utama yang menjadi alasan untuk menentukan pilihan. Justru yang menjadi alasan untuk memilih adalah sifat kepribadian, modal sosial (social capital) dan kemampuan yang menjadi rekam jejak (track record) positif.

"Teori bandwagon effect yang menggunakan publikasi survei untuk mendapatkan efek ikutan atau dengan kata lain agar pemilih terpengaruh sejatinya sudah usang. Jadi seandainya hasil survei yang diumumkan memang menggambarkan realitas obyektif bahwa pasangan capres atau partai tertentu yang unggul di survei lalu hasil faktualnya menang bukan berarti kemenangan tersebut dipengaruhi oleh opini hasil survei," tutupnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5192 seconds (0.1#10.140)