Kecamatan Kini Bisa Akses Prakiraan Cuaca lewat Aplikasi NDF

Senin, 04 Februari 2019 - 06:43 WIB
Kecamatan Kini Bisa Akses Prakiraan Cuaca lewat Aplikasi NDF
Kecamatan Kini Bisa Akses Prakiraan Cuaca lewat Aplikasi NDF
A A A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus melakukan inovasi di bidang teknologi dan informasi. Salah satunya dengan menggagas National Digital Forecast atau prakiraan cuaca digital yang menjangkau hingga tingkat kecamatan.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Akhmad Taufan Maulana mengungkapkan, inovasi teknologi ini khusus melayani di bidang pelayanan masyarakat. “Seperti pengembangan inovasi-inovasi melalui teknologi informasi lompatan 4.0 dan digitalisasi otomatisasi peralatan dengan didukung SDM yang handal,” ungkap Taufan di Jakarta, kemarin.

Dengan aplikasi National Digital Forecast atau prakiraan cuaca digital berbasis teknologi ini, maka akan mempermudah BMKG untuk menyajikan informasi data lebih akurat dan realtime. “Dengan teknologi ini, masyarakat Indonesia di pelosok dapat mengetahui informasi secara realtime, serta masyarakat akan siap menghadapi cuaca dan iklim secara realtime juga,” ujarnya.

Melalui teknologi yang dikembangkan, BMKG dapat memprakirakan cuaca yang sebelumnya 3 hari menjadi 7 hari ke depan dengan jangka waktu prakiraan yang semula setiap 6 jam menjadi lebih spesifik yaitu 3 jam.

“Kami saat ini dapat memprediksi secara akurat dengan jangka waktu yang cukup pendek. Bahkan, dengan inovasi teknologi ini kami bisa memprediksi 3 hari ke depan yang membutuhkan waktu 6 jam. Tapi kini bisa diprakirakan dengan proses 3 jam untuk memprakirakan selama 7 hari serta lebih akurat, tentunya,” ujarnya.

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Walanda Putra mengungkapkan, sistem teknologi prakiraan cuaca berbasis hingga kecamatan ini sebenarnya telah digunakan sejak awal tahun 2018. “Kami telah mengembangkan teknologi sistem ini kan sejak setahun lalu. Kalau sebelum-sebelumnya hanya menjangkau kabupaten, maka sekarang menjangkau hingga tingkat kecamatan,” tandasnya.

Dengan sistem ini, lanjut Agie, masyarakat yang berkeinginan mendapatkan informasi iklim dan cuaca yang tepat dan akurat dapat diwujudkan. “Infomasi BMKG ini diharapkan bisa menjangkau lebih luas lagi. Tentunya, dengan informasi yang akurat masyakat akan lebih mudah untuk beraktivitas dan mengantisipasi cuaca yang akan terjadi di daerahnya,” paparnya.

Agie juga menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia harus lebih waspada dengan bencana hidrometerologi atau yang berhubungan dengan air, banjir, hingga hujan deras. Dengan sistem ini pun diharapkan masyakat dapat mengantisipasinya. Saat ini, lanjutnya, sistem prakiraan cuaca ini telah dipasang di 6.534 titik di kecamatan yang sebelumnya hanya dipasang di 416 titik di kabupaten di seluruh Indonesia.

“Masyarakat harus tetap waspada terutama menghadapi bencana hidrometerologi baik banjir karena curah hujan tinggi, kekeringan, bahkan kebakaran hutan, serta angin puting beliung. Sistem ini akan bisa mendeteksi hingga beberapa hari dalam waktu yang cukup singkat. Sehingga masyarakat siap jika terjadi perubahan cuaca secara mendadak,” ujarnya.

Kondisi di daerah masing-masing kecamatan berbeda-beda di seluruh Indonesia. Di wilayah Timur atau Barat Indonesia, ungkapnya, akan mengalami perbedaan. Ini yang akan memudahkan BMKG di wilayah untuk menyampaikan informasi secara realtime, sehingga masyarakat akan siap.

Saat ini, sistem prakiraan cuaca milik BMKG sudah terkoneksi dengan sistem informasi cuaca dunia di bawah koordinasi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), sehingga informasi cuaca di Indonesia juga dapat diakses di seluruh dunia.

Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta seluruh pemerintah daerah (pemda) khususnya di daerah rawan bencana untuk proaktif mengantisipasi terjadinya bencana alam. Pasalnya, masih ada potensi bencana di sejumlah daerah di Indonesia.

“Sekali lagi, saya mengimbau aparatur pemerintah daerah di sejumlah provinsi untuk proaktif mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk akibat bencana alam. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, angin kencang, hingga guguran lava akibat aktivitas gunung berapi terus menghantui sejumlah daerah,” tandasnya.

Bambang pun memberikan perhatian khusus pada warga di sejumlah desa Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Karena, hingga Sabtu (2/2) kemarin, Kepulauan Mentawai diguncang gempa bumi secara beruntun. Banyak penduduk yang memilih tidur di luar rumah karena merasa cemas.

“Situasi seperti itu tentunya memprihatinkan. Terutama untuk anak-anak dan para lansia. Pemda setempat perlu memberi dukungan kepada warga dalam bentuk pendirian tenda,” pintanya.

Kemudian, situasi di Kota Manado, Sulawesi Utara juga mengalami banjir dan tanah longsor yang menyebabkan sebagian warga kota itu tidak nyaman. Namun, dia mengapresiasi gerak cepat aparat Pemda Sulut dalam meringankan penderitaan korban banjir dan tanah longsor.

Dia meminta agar Pemda Sulut tetap mewaspadai perkembangan Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) yang terus menyemburkan lava. “Fakta mengenai guguran lava itu hendaknya mendorong aparatur pemda mengevakuasi warga di lereng gunung,” ujarnya.

Selain itu, politikus Partai Golkar ini juga mengimbau aparatur Pemda Yogyakarta serta Pemda Jawa Tengah untuk mencermati aktivitas Gunung Merapi yang juga terus menyemburkan guguran lava. Karena, menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sepanjang Sabtu (2/2) kemarin setidaknya terjadi sembilan kali guguran lava meluncur dari Gunung Merapi.

“Bahkan, guguran lava beberapa hari sebelumnya sempat menyebabkan hujan abu pada beberapa desa di Kecamatan Musuk dan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, serta Kota Boyolali. Warga yang terdampak hujan abu itu hendaknya segera ditangani dinas kesehatan setempat,” paparnya.

Karena itu, Bambang berharap agar aparatur pemda di masing-masing provinsi fokus pada upaya pendampingan dan penyelamatan warga di lokasi-lokasi yang berpotensi terjadinya bencana. Pemda juga hendaknya aktif berkomunikasi dengan para petugas BPPTKG setempat guna melihat berbagai kemungkinan, termasuk kegiatan mitigasi bencana.

“Kerusakan dan kerugian materi akibat bencana mungkin tak bisa dielakan. Oleh karena itu, mitigasi hendaknya fokus pada upaya penyelamatan warga. Hindari korban jiwa dan minimalisir korban luka,” ujarnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6601 seconds (0.1#10.140)