Viral Video Mbah Moen Bacakan Doa, Ini Klarifikasi Kubu Jokowi-Ma'ruf

Sabtu, 02 Februari 2019 - 10:44 WIB
Viral Video Mbah Moen Bacakan Doa, Ini Klarifikasi Kubu Jokowi-Maruf
Viral Video Mbah Moen Bacakan Doa, Ini Klarifikasi Kubu Jokowi-Ma'ruf
A A A
JAKARTA - Beredar video yang viral di media sosial saat KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) membacakan doa penutup pada akhir acara "Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju" di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat, 1 Februari 2019. Acara tersebut dihadiri langsung oleh calon presiden incumbent Jokowi.

Wakil Ketua Umum DPP PPP Arwani Thomafi yang hadir dalam acara doa tersebut berusaha meluruskan duduk perkara video yang viral di media sosial supaya tidak menimbulkan kegaduhan di publik. Mengingat, saat ini beredar di publik dua video Mbah Moen membacakan doa yang di dalamnya menyebut nama calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.

Mbah Moen membacakan doa sambil melihat secarik kertas kuning yang dia keluarkan dari sakunya. Doa ini dibacakan Ketua Majelis Syariah PPP KH. Maimoen Zubair dalam bahasa Arab.

"Dua video tersebut harus dilihat secara utuh, tidak bisa dibaca hanya satu video saja. Di video pertama yang diframing sebagai doa untuk Pak Prabowo semestinya dilihat secara utuh. Beliau menyebut jelas 'hadza rois (presiden ini) dan mendoakan untuk menjadi presiden kedua kalinya (marrah tsaniyah)'," kata Arwani Thomafi melalui pesan elektronik yang diterima SINDOnews, Sabtu (2/2/2019).

Menurutnya, doa KH Maimoen Zubair saat membacakan doa penutup sangat jelas siapa yang dimaksud menjadi presiden kedua kalinya, yakni merujuk Pak Jokowi. Jokowi saat ini menjadi presiden di periode pertama. Kecuali, kata dia, jika doanya 'menjadi capres kedua kali', itu tentu ditujukan ke Pak Prabowo.

Dia juga menjelaskan, video kedua Mbah Moen menegaskan doanya ditujukan untuk Pak Jokowi. " ... Hadza Pak Prabowo La Pak Prabowo Innama Pak Jokowi, Joko Widodoā€¯. "Ini juga menjadi jelas, bahwa Doa yang tadi itu yang isinya mendoakan agar jadi presiden kedua kali itu untuk Jokowi bahkan ditegaskan dua kali dengan menyebut Jokowi dan Joko widodo," jelasnya.

Arwani menilai, kebiasaan mencomot dan memframing video sesuai kehendak dan selera politik tentu keluar dari etika. Sebaiknya, kebiasaan tersebut dihentikan karena jauh dari tata krama berpolitik yang sejuk.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9039 seconds (0.1#10.140)