Pegang Teguh Pancasila, Dinamika Pilpres Tak Akan Mampu Goyahkan NKRI

Selasa, 16 Oktober 2018 - 20:56 WIB
Pegang Teguh Pancasila, Dinamika Pilpres Tak Akan Mampu Goyahkan NKRI
Pegang Teguh Pancasila, Dinamika Pilpres Tak Akan Mampu Goyahkan NKRI
A A A
JAKRTA - Ideologi Pancasila dinilai terbukti ampuh menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejak bangsa Indonesia merdeka 73 tahun lalu, Pancasila mampu menghalau berbagai ancaman dan gangguan yang ini memecah belah negara ini.

Begitu juga menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019. Apabila bangsa Indonesia tetap berpegang teguh pada Pancasila, dinamika kegaduhan akhir-akhir ini tidak akan mampu menggoyahkan persatuan dan kesatuan Indonesia.

“Ideologi Pancasila telah diuji sepanjang bangsa kita lahir. Kalau sekarang di masa gaduh politik, ada pihak tertentu yang ingin memecah NKRI, maka hanya bangsa kita yang bisa menyelesaikan tidak bisa dibantu bangsa lain,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Prof Dr Syaiful Bakhri di Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.

Caranya, kata Syaiful, bangsa Indonesia harus berdikari dalam politik, mengutamakan kepentingan nasional, bukan kepentingan ormas maupun politik.

Menurut dia, untuk mewujudkan perdamaian kembali dan cita-cita luhur bangsa yang adil dan makmur, tidak ada pilihan lain kecuali kembali memperkuat Pancasila yang ditopang oleh agama-agama di Indonesia, dan ormas keagamaan yang bisa menjadi tali perekat bangsa Indonesia.

Dia yakin apabila fungsi ini berjalan dengan baik, sejatinya akan jadi pagar NKRI. Ditambah dengan soliditas TNI dan Polri sebagai penopang utama.
Namun, kata dia, itu juga tidak akan berarti bila tidak didukung garda terdepan lainnya, yaitu ormas keagamaan. Kolaborasi itu bisa menjadi "wasit" di setiap pergelaran demokrasi seperti sekarang ini.Dia yakin Indonesia bisa keluar dari isu-isu yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan. Menurut dia, ujian memecah kesatuan, sejak awal Indonesia merdeka sudah terjadi. Pada zaman Presiden pertama Soekarno sudah terjadi.
Begitu juga saat masa awal Presiden Soeharto juga terjadi, bahkan hingga sekarang ini. Upaya memecah belah persatuan dan kesatuan itu selalu dilakukan oleh bangsa Indonesia Indonesia sendiri, bukan bangsa asing.Hal ini, kata Syaiful, tidak lepas dari keberadaan media. Apakah itu media konvensional maupun media sosial (medsos). Menurut dia, media yang baik harus bisa memberikan informasi yang baik dan mencerahkan masyarakat.
Pun masyarakat dinilainya juga harus pandai memaknai informasi dengan mengedepankan kata hati dan jiwa, lalu menyaring sebelum menyebarkan informasi tersebut.Menurut dia, sikap itu penting agar informasi yang disebarkan membawa kebaikan dan sesuai tujuan bangsa Indonesia, yakni menciptakan masyarakat adil dan makmur, bukan yang lain.
Dia menjelaskan, di alam demokrasi, perbedaan pendapat itu adalah hal biasa. Apalagi sekarang ini, demokrasi di Indonesia diwujudkan dengan pemilihan secara langsung mulai dari pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan Legislatif (pileg), dan pilpres.

Sejak diterapkan sistem demokrasi langsung telah beberapa kali dilakukan pilkada, pileg, dan pilpres, keadaan tetap kondusif dan membanggakan. Itu karena bangsa Indonesia sudah semakin dewasa dalam berdemokrasi.

Pada tahun 2019, kata Syaiful, bangsa Indonesia akan menghadapi pemilu bersamaan, yakni pilpres dan pileg. Momentum ini tentunya melibatkan aktivitas banyak warga negera.

Tidak hanya di dunia nyata, aktivitas masyarakat juga sangat tampak di media sosial (medsos). Melalui jejaring sosial, mereka menyampaikan pandangannya, termasuk hal-hal bersifat sensitif.

“Informasi yang baik adalah informasi untuk merekatkan persatuan dan kesatuan. Informasi yang menguatkan makna hidup bermasyarakat dengan ideologi Pancasila,” tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4973 seconds (0.1#10.140)