Silaturahmi Tokoh Politik

Jum'at, 20 Juli 2018 - 07:32 WIB
Silaturahmi Tokoh Politik
Silaturahmi Tokoh Politik
A A A
KEDATANGAN para tokoh nasional menjenguk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang te­ngah terbaring sakit di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta merupakan sinyal positif bagi kemaslahatan bangsa.

Silaturahmi para elite politik ini perlu dijaga untuk mendinginkan suasana politik yang mulai menghangat menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

Kemarin pagi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla datang bersamaan ke RSPAD untuk mengunjungi SBY yang sudah beberapa hari dirawat di sana. Mereka tak datang sendirian. Ibu Iriana dan Mufidah Kalla juga ikut menyertai. Melihat foto yang beredar, SBY yang didampingi Ny Ani Yudhoyono tampak gembira menerima kunjungan Jokowi dan Jusuf Kalla tersebut.

Suasana keakraban dan kehangatan terlihat dalam pertemuan tersebut. Sehari sebelumnya SBY juga mendapatkan kunjungan dari Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto. SBY dan Prabowo juga terlihat begitu akrab dalam kunjungan tersebut.

Peristiwa ini tentu bukan hal yang biasa. Pertemuan tersebut tak bisa dipandang sebelah mata. Kunjungan para pemimpin bangsa ini memiliki makna yang dalam bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara kita ke depan. Boleh dikatakan pertemuan para tokoh nasional ini memiliki berbagai implikasi terhadap perjalanan bangsa ini di masa mendatang.

Orang boleh saja menganggap pertemuan para tokoh tersebut penuh dengan muatan politik, apalagi terjadi di tengah gencarnya para elite menjajaki peluang koalisi jelang pendaftaran calon pre­si­den.

Bahkan orang yang berpikiran negatif bisa saja menilai bahwa para tokoh ini memanfaatkan setiap momentum untuk mendulang pencitraan. Penilaian maupun sinisme tersebut lumrah karena mereka yang bertemu adalah tokoh-tokoh kunci dalam perhelatan akbar pesta demokrasi yang tidak lama lagi akan berlangsung.

Kita tahu, Jokowi dipastikan ikut dalam bursa capres untuk kedua kalinya. Sebagai petahana, dia diunggulkan berdasarkan hasil penelitian berbagai lembaga survei. Kemudian SBY sebagai pimpinan tertinggi Partai Demokrat juga sangat intens mem­pro­mosikan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk ikut maju dalam pilpres mendatang.

Lalu Prabowo sejauh ini masih di­ja­gokan partainya untuk menjadi capres. Satu lagi, Jusuf Kalla, meski kemungkinan tidak ikut pencapresan lagi, pengaruh politiknya masih besar dan dinilai mampu mendorong atau menciptakan pasangan calon untuk bersaing di bursa pilpres. Karena itu, sangat wa­jar sekali jika segala gerak-gerik para tokoh di atas selalu di­iden­tikkan dengan move politik menjelang pilpres.

Terlepas dari penilaian yang cenderung negatif di atas, ada banyak manfaat positif yang bisa kita petik dari pertemuan para tokoh ter­se­but. Pertama, menjenguk orang sakit adalah perbuatan yang di­an­jurkan dalam agama dan itu sebuah tindakan yang sangat terpuji.

Se­tiap orang memang sangat dianjurkan untuk mendatangi teman atau kerabatnya yang sedang sakit, setidaknya guna memberi dukungan moral demi mempercepat kesembuhannya. Maka sangat naif jika aktivitas mengunjungi orang sakit ini lantas dimaknai secara negatif.

Kedua, pertemuan atau silahturahmi antartokoh memang sangat penting dilakukan, apalagi bursa pencapresan sudah semakin dekat. Momentum tersebut bisa menjadi oase politik yang menyejukkan di tengah suhu politik yang perlahan tapi pasti mulai memanas. Setidaknya keakraban yang ditunjukkan elite politik ini dapat menciptakan keteduhan di akar rumput. Karena bagaimanapun masing-masing mereka memiliki massa pendukung yang besar.

Diakui atau tidak, pasca-Pilpres 2014, masyarakat telah terbelah karena pilihan politik yang berbeda. Dan hal tersebut terus berlanjut hingga saat ini. Tentu, jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa langkah antisipasi akan sangat berbahaya bagi stabilitas dan keutuhan bangsa ini ke depan.

Ingat, pemilu sudah semakin dekat. Karena itu, silaturahmi antarelite memang sudah seharusnya dilakukan, bahkan perlu terus dibiasakan. Jangan menunggu ada yang sakit baru bertemu. Kalau para elite politik bisa terlihat akrab ketika bertemu, secara otomatis itu akan berimbas pula pada kondisi psikologis masyarakat di bawah.

Intinya, perbedaan politik jangan sampai menjadikan negara ini terpecah-belah. Beda pilihan politik boleh dan sah dalam iklim de­mokrasi yang sehat, namun tidak boleh menjurus pada perpecahan bangsa. Persatuan bangsa harus terus dijaga. Terlalu mahal jika negara ini terpecah hanya gara-gara perbedaan pilihan politik.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6033 seconds (0.1#10.140)