Kaligrafi Napi Bom Bali dan Karya Mary Jane Mejeng di Apkasi Expo

Sabtu, 07 Juli 2018 - 04:10 WIB
Kaligrafi Napi Bom Bali dan Karya Mary Jane Mejeng di Apkasi Expo
Kaligrafi Napi Bom Bali dan Karya Mary Jane Mejeng di Apkasi Expo
A A A
TANGERANG SELATAN - Sejumlah pemandangan menarik terlihat di perhelatan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) Otonomi Expo 2018 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang Selatan. Kaligrafi napi bom Bali ikut mejeng di acara yang berlangsung pada 6-8 Juli 2018 itu.

Direktur Pembinaan Narapidana, Latihan Kerja dan Produksi, Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Harun Sulianto, mengatakan, semua produk kreatif napi yang dipamerkan berasal dari seluruh lapas yang ada di Indonesia.

"Kami berharap dengan ikut di dalam pameran ini, mereka (para napi) bisa bangga. Coba lihat, banyak barang mereka yang sudah ditawar pembeli. Kaligrafi Rp3 juta dan papan catur Rp6 juta," ujarnya di ICE BCD, Jumat 6 Juli 2018.

Adapun kaligrafi itu dibuat oleh napi terorisme kasus bom Bali bernama Abdul Goni yang kini menghuni Lapas Semarang. Kaligrafi bertuliskan ayat kursi itu sudah ditawar seorang warga Turki seharga Rp3 juta.

"Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah pernah membeli kaligrafi Abdul Goni. Kaligrafi ini menjadi menarik, karena dibuat oleh napi terorisme bom Bali yang sekarang sudah NKRI," tandasnya.

Selain napi kasus terorisme, hasil karya terpidana mati Mary Jane juga mendapat perhatian. Marry Jane membuat batik motif bunga dan burung merak, dan telah terjual dengan harga senilai Rp4 juta.

"Ini karya yang fenomenal. Setiap orang punya masa lalu. Tugas saya, dia (para napi) bisa menyadari kesahalahannya dan menjadi orang baik dan berguna setelah bebas, di tengah masyarakat," katanya.

Hal lain yang menarik perhatian dari stand produk kreatif napi ini adalah lukisan narapidana kasus narkoba. Terbuat dari potongan limbah kulit, bergambar wajah Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly.

"Untuk membuat lukisan Menteri Laoly ini, napi bernama Erik harus menghafal 263 angka yang diletakan pada potongan kulit dan ada 10 warna berbeda yang harus dihafal. Hasilnya sangat indah," terangnya.

Meskipun Erik buta terhadap warna, tetapi lukisan yang dibuatnya sangat penuh warna. Lukisan yang dibanderol sangat murah, yakni Rp2,5 juta. Tetapi, lukisan itu tidak dijual dan akan dijadikan hadiah.

"Tadi ada kolektor yang sudah melihat, katanya kalau pun dijual Rp5 juta masih terlalu murah. Tetapi ini tidak dijual, karena akan dijadikan hadiah untuk Pak Mentri. Tadi beliau sudah lihat," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5342 seconds (0.1#10.140)