Waspadai Ancaman Pergerakan Simpatisan ISIS dari Marawi

Kamis, 24 Mei 2018 - 15:50 WIB
Waspadai Ancaman Pergerakan Simpatisan ISIS dari Marawi
Waspadai Ancaman Pergerakan Simpatisan ISIS dari Marawi
A A A
JAKARTA - Ancaman kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak hanya datang para pengikutnya yang pernah bergabung di Suriah, tetapi juga dari Marawi, Filipina.

Setelah hancur, banyak anggota ISIS yang ingin menyeberang ke Indonesia. Pun begitu juga simpatisan ISIS di Indonesia yang ingin berperang ke Marawi karena daerah konflik selalu menjadi medan magnit bagi mereka untuk berjihad.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius saat menjadi narasumber dalam diskusi di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Rabu 23 Mei 2018 mengungkapkan perlu mewaspadai hal itu karena bentangan geografis Indonesia yang luar biasa sehingga apa yang terjadi di Marawi berdampak langsung ke Indonesia.

"Bahkan ada beberapa website radikal yang menginstruksikan anggota ISIS Marawi untuk pindah ke Indonesia, karena di Marawi sudah tidak memungkinkan. Ini harus kita antisipasi, baik internal pemerintah dan seluruh masyarakat dalam menangkal gerakan sel ISIS dari Marawi ke Indonesia,” tutur Suhardi saat Round Table Discussion bertema Mengantisipasi Kondisi Keamanan Kawasan Asia Pasifik Guna Mengurangi Implikasinya Dalam Rangka Ketahanan Nasional ini, seperti dalam keterangan tertulis BNPT.

Menurut dia, ada benang merah ancaman terorisme, baik secara global, regional, nasional. Dengan demikian, sel-sel radikalisme mulai dari Suriah, Irak, dan belahan dunia lainnya, bisa diantisipasi dengan baik.

“Setelah Marawi hancur bukan berarti selesai. Karena jihadis Indonesia masih banyak yang ingin pergi ke sana. Juga dipicu kondisi daerah konflik selalu menjadi medan magnet bagi pengikut ISIS untuk melakukan solidaritas. Peta ini saya sampaikan kita harus waspada. Tugas besar Lemhanas bagaimana masyarakat mempunyai ketahanan, termasuk ketahanan pribadi,” ungkap mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri ini.

Suhardi menjelaskan bahwa infiltrasi sel radikalisme dan terorisme, ideologinya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat. Karena itu, Lemhanas harus bisa mengkaji dan menyiapkan produk untuk menyiapkan ketahanan pribadi dan masyarakat dalam rangka memverifikasi setiap informasi tentang radikalisme dan terorisme. Khususnya dalam persepsi ideologi radikalisme dan terorisme.

“Kita semua harus bisa menjaga pertahanan pribadi, keluarga, dan lingkungan. Jangan sampai kita siap menghadapi ancaman dari luar, tapi dari sisi pribadi kita belum punya kemampuan untuk menjauhi ideologi negatif tersebut,” ungkap Suhardi.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6583 seconds (0.1#10.140)