Peneliti CSIS Ungkap Peran Istri dalam Kelompok Teror

Senin, 21 Mei 2018 - 19:02 WIB
Peneliti CSIS Ungkap Peran Istri dalam Kelompok Teror
Peneliti CSIS Ungkap Peran Istri dalam Kelompok Teror
A A A
JAKARTA - Peneliti Departemen Hubungan Internasional Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fitriani mengungkap peran perempuan dalam kelompok terorisme.

Berdasarkan hasil penelitian, kata dia, perempuan dalam kelompok terorisme memiliki peran untuk menyiapkan generasi penerus.

"Dahulu perempuan dalam kelompok teroris sangat bahagia jika anaknya laki-laki karena bisa melakukan amaliyah," kata Fitriani dalam diskusi yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bertajuk Dinamika Ancaman Terorisme: Ideologi,Jejaring dan Strategi yang berlangsung di Gedung Pakarti Center, Jakarta (21/5/2018).

Sementara sekarang ini, lanjut dia, bukan hanya laki laki yang dapat melakukan amaliyah tapi juga perempuan. (Baca juga: Pelibatan Anak-Istri dalam Bom Surabaya Pola Baru Aksi Terorisme )

Menurut dia, sejak itu tidak ada pembedaan sangat nyata antara laki laki dan perempuan dalam kelompok terorisme "Perempuan baru bisa keluar karena sudah ada fatwa, sudah ada panggilan perempuan jangan kalah, sudah bisa amaliyah," ungkapnya.

Fitriani menambahkan perubahan pola yang dilakukan perempuan dalam kelompok terorisme di bawah kepemimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Pada waktu Jamaah Islamiyah muncul awal 2000-an perempuan tidak tahu bahwa suaminya teroris.

"Yang seperti saya ceritakan ada yang suaminya pergi dua tahun tiga tahun itu disangka bekerja di perkebunan di Malaysia ternyata mereka pergi ke Afganistan. Dahulu istri-istrinya itu hanya menerima sifatnya, oh suami saya ditangkap lalu saya berkunjung ke lapas," kata Fitriani mengungkapkan perasaan istri teroris saat itu.

Kecanggihan alat komunikasi, kata dia, mendorong para pemempuan untuk terlibat dalam aktivitas terorisme. "Yang cuma tadinya melekat pada suaminya, sekarang membuat kelompok-kelompok juga," katanya.Fitriani memaparkan para perempuan tersebut menggunakan chanel chanel telegram yang tertutup atau juga menggunakan WhatsApp yang terenkripsi sehingga merasa aman.

Mereka juga membuat grup di Whatsapp yang hanya boleh diisi oleh kaum perempuan dan disitu mereka dapat bertukar pikiran.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5076 seconds (0.1#10.140)