Fahri Hamzah Minta Polisi Usut Kasus Penganiayaan 2 Ulama di Jabar

Jum'at, 02 Februari 2018 - 12:43 WIB
Fahri Hamzah Minta Polisi Usut Kasus Penganiayaan 2 Ulama di Jabar
Fahri Hamzah Minta Polisi Usut Kasus Penganiayaan 2 Ulama di Jabar
A A A
JAKARTA - Kasus penganiayaan terhadap dua ulama di Jawa Barat dalam kurun waktu kurang dari sepekan menyita perhatian publik. Terlebih, seorang ustaz di antaranya meninggal dunia.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku mendengar kabar bahwa para pelaku penganiaya dua ustaz itu merupakan orang gila. Kendati demikian, dia meminta kepolisian melakukan investigasi secara tuntas terhadap kasus penganiayaan dua ulama di Jawa Barat itu.

"Saya dengar kan itu katanya ada orang gila. Tapi begini ya, polisi harus ngejar yang begini-begini, diidentifikasi," ujar Fahri Hamzah di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (2/2/2018). Sebab, menurut dia, kasus itu sensitif.

"Dua ulama, seminggu dua kali dan itu bisa membuat preseden bahwa ini ada persekusi terhadap ulama yang dilakukan oleh kelompok tertentu. Karena itu lah polisi harus segera bertindak menginvestasi sampai tuntas," paparnya.

Selanjutnya, kata dia, kepolisian harus mengumumkan kepada masyarakat tentang hasil investigasi itu. "Jadi jangan biarkan spekulasi itu berkembang, bahaya itu," ucapnya.

Penjelasan tentang hasil investigasi kasus itu dinilai penting untuk dilakukan kepolisian. "Apapun polisi harus memberikan penjelasan setelah investigasinya, apa yang dia temukan. Sebab ini bisa jadi masalah, bisa jadi bahaya. Karena kalau kemudian orang itu berkembang pikirannya masing-masing karena negara tidak memberikan penjelasan nanti berbahaya," pungkasnya.

Diketahui, penganiayaan pertama dialami pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hidayah Santiong, Kampung Sentiong RT 04/01, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri (60) yang akrab disapa Ceng Emon atau Mama Santiong.

Penganiayaan itu terjadi di Masjid Al-Hidayah, Pesantren Santiong. Saat itu, korban sedang duduk wirid atau berzikir seusai melaksanakan Salat Subuh berjamaah. Suasana di dalam masjid saat penganiayaan terjadi sedang sepi, karena seluruh santri telah kembali ke pondok masing-masing setelah Salat Subuh.

Akibat penganiayaan itu korban mengalami luka serius, hidung patah dan tengkorak kepala retak. Bahkan korban sempat tak sadarkan diri. Oleh para santri, korban dibawa ke RS AMC Cileunyi lalu dirujuk ke ke UGD Al Islam Bandung, Jalan Soekarno-Hatta.

Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk meringkus pelaku penganiayaan terhadap KH Emon. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, polisi akhirnya menetapkan tersangka penganiayaan terhadap kyai yang akrab disapa Ceng Emon itu.

Minggu (28/1/2018) malam, Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan, pihaknya sudah mengamankan tersangka berinisial A (50). Tersangka diamankan dari sebuah musala sekitar 2 kilometer dari tempat kejadian.

Setelah dilakukan pemeriksaan awal oleh dokter spesialis kejiwaan, tersangka diketahui mengalami gangguan kejiwaan. Namun demikian polisi masih terus mendalami kasus ini.

Keesokan harinya, dokter ahli kesehatan jiwa RS Polri Sartika Asih dr Leony Widjaja memastikan A mengidap gangguan jiwa berat. Hal ini disimpulkan setelah melakukan observasi selama dua hari 28-29 Januari 2018. (Baca juga: Psikiater: Penganiaya KH Emon Idap Gangguan Jiwa Berat dan Hipertensi).

Untuk memproses hukum kasus penganiayaan pengasuh Ponpes Al Hidayah Santiong Cicalengka KH Umar Basyri atau Ceng Emon atau Mama Santiong, dengan tersangka A (55), Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar mengandalkan penyelidikan berdasarkan fakta ilmiah (scientific investigation).

Direktur Reskrimum Polda Jabar Kombes Pol Umar Fana mengatakan, kasus penganiayaan yang menimpa KH Emon cukup unik karena pelakunya dipastikan mengidap gangguan jiwa berat. Pria asal Kadungora, Kabupaten Garut itu bisa dinyatakan bebas dan hanya menjalani rehabilitasi karena tak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di muka hukum.

Belum selesai kasus penganiayaan terhadap KH Emon, muncul lagi kasus penganiayaan terhadap ulama. Kali ini, korbannya adalah Ustaz R Prawoto, yang merupakan Komandan Brigade Persatuan Islam Indonesia (Persis) Pusat.

Korban dianiaya Kamis (1/2/2018) pukul 07.00 WIB oleh Asep Maftuh (45). Ustaz Prawoto mengalami luka parah di kepala dan patah tangan kiri akibat dipukuli oleh Asep yang merupakan tetangganya di Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Ustaz Prawoto meninggal dunia pukul 17.30 WIB.

"Berdasarkan kesaksian warga, pelaku Asep Maftuh mengidap gangguan jiwa. Pelaku diduga depresi. Saat ini pelaku dilakukan observasi di RSJ Provinsi Jabar Cisarua, Lembang," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo. (Baca juga:Ustaz di Bandung Dibunuh Tetangga yang Stres).
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5452 seconds (0.1#10.140)