Kisah Penaklukan Irak: Mukjizat di Sungai Tigris untuk Pasukan Muslim

Selasa, 12 Desember 2023 - 05:15 WIB
loading...
Kisah Penaklukan Irak: Mukjizat di Sungai Tigris untuk Pasukan Muslim
Sungai yang saat itu sudah penuh kuda tak tampak lagi airnya. Ilustrasi: Ist
A A A
Sungai Tigris adalah sebuah sungai di Mesopotamia yang mengalir dari pegunungan Anatolia di Turki hingga melalui Irak dan bermuara di Teluk Persia , sepanjang sekitar 1.900 km. Bersama-sama sungai Efrat menjadi ciri khas daerah Mesopotamia. Sungai Tigris disebut-sebut dalam pembebasan Irak di era Khalifah Umar bin Khattab.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 2000) menyebut kala itu, di Sungai Tigris mengalir dua macam pasukan:

Satu pasukan yang sudah remuk segala kekuatannya, tak lagi punya semangat, tak lagi punya kemauan. Ia sudah menyerahkan diri kepada nasib.



Satu pasukan lagi semangat idealismenya begitu tinggi dan sudah mencapai kekuatan iman dan percaya diri akan menang, sehingga terbayang olehnya bahwa ia dapat memukul Sungai itu dengan tongkatnya yang akan membukakan jalan menyeberang ke Ruang Sidang Istana Kisra.

Itulah mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Musa sehingga ia dan rombongannya dapat melarikan diri dari Mesir . "Hal yang sama diberikan kepada pasukan Muslimin. Mereka akan menyeberangi sungai itu, akan menyerbu Mada'in dan menurunkan kedaulatan Kisra-kisra itu, kemudian menaikkan panji kebenaran di atas Ruang Sidang Istana yang agung itu," tulis Haekal.

Ya! Itulah mukjizat pasukan Muslimin yang menyeberangi Sungai Tigris. Mereka berdiri di tepi Sungai itu melihat air yang sedang bergolak.

Sebelumnya, panglima perang muslimin, Sa'ad bin Abi Waqqas , sedang memikirkan cara untuk menyeberanginya. Pikirannya belum mernberikan jalan keluar. Ia memerintahkan stafnya membawa orang-orang dusun Persia untuk dimintai keterangan. Mereka menyarankan untuk terjun ke Sungai sampai ke dasar wadi. Tetapi dia khawatir arus yang deras akan membahayakan pasukannya.



Ia lebih cenderung setiap orang tetap di tempatnya. "Karena masih ragu, saran orang itu tidak dilaksanakan," tutur Haekal.

Keesokan harinya Sa'ad menerima berita bahwa Kaisar Persia, Yazdigird, telah memerintahkan agar segala harta simpanannya diangkut ke Hulwan.

Sa'ad mengumpulkan anggota pasukannya dan berpidato di hadapan mereka. Sesudah mengucapkan hamdalah dan bersyukur kepada Allah ia berkata:

"Musuh kita sekarang berlindung pada Sungai ini. Janganlah biarkan dia lolos dari sana. Mereka dapat lolos kalau mau dan akan menyerang kita dari kapal-kapal mereka itu. Kita tidak khawatir mereka akan datang dari belakang kita. Pengalaman kita dulu sudah cukup. Mereka menyia-nyiakan pelabuhan mereka ini dan merusak pertahanan mereka sendiri. Saya berpendapat sebaiknya kita dahului menyerang musuh sebelum kita terkepung. Ya, sudah saya putuskan akan menyeberangi Sungai ini ke tempat mereka."



Sikap Sa'ad itu dirasakan oleh anak buahnya tiba-tiba sekali. Bukankah kemarin ia masih ragu? Tidakkah ia khawatir pasukannya juga ragu sehingga tidak mampu menghadapi bahaya serupa itu? Tetapi ternyata mereka pun tidak ragu.

Mereka sudah terpesona sekali oleh pemandangan kota Mada'in itu, di samping memang sudah tertarik oleh Istana Kisra. Mereka berani menghadapi hal yang mustahil untuk memasuki ibu kota dan mengepung Istananya.

Oleh karena itu, belum selesai Sa'ad berpidato semua mereka sudah berkata: "Allah sudah menguatkan hati kami dan hati Anda, maka marilah kita laksanakan!"

Hanya saja, bagaimana akan menyeberang? Kalaupun mereka menyeberang dengan menggunakan kuda, pasukan Persia di seberang pantai sudah menghadang mereka tanpa harus keluar dari tempat itu. Menyadari hal ini Sa'ad menyuruh mereka dengan mengatakan: "Siapa yang akan memulai dan melindungi selat ini buat kita supaya pasukan kita dapat menyusul tanpa terhalang untuk keluar?"

Lalu ia memanggil Asim bin Amr, dan sesudah itu memanggil 600 orang yang sudah berpengalaman dalam perang, dengan pimpinan oleh Sa'ad diserahkan kepada Asim.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2066 seconds (0.1#10.140)