Maulid Nabi, Momen Perkuat Umat dan Jaga Perdamaian

Sabtu, 02 Desember 2017 - 16:05 WIB
Maulid Nabi, Momen Perkuat Umat dan Jaga Perdamaian
Maulid Nabi, Momen Perkuat Umat dan Jaga Perdamaian
A A A
JAKARTA - Momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diharapkan mampu membendung dan memerangi berbagai pengaruh negatif yang dapat memecah persatuan bangsa.

"Keteladanan Nabi Muhammad ini harus kita jadikan pegangan dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan, seperti ancaman paham radikal terorisme," kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA, di Jakarta, Jumat 1 Desember 2017.

Menurut dia, peringatan Maulid Nabi juga harus menjadi bahan merefleksi untuk kembali menghadirkan "Nur" Muhammad yang mencerdaskan dan menguatkan umat

Nasaruddin menilai peringatan Maulid Nabi Muhammad sejatinya bisa mengukuhkan kesadaran umat untuk meneruskan perjuangan Nabi.

Caranya, lanjut dia, menyebarkan dakwah Islam yang mengajarkan keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Nabi Muhammad, kata dia, sosok figur globalisasi pertama dalam sejarah umat manusia. “Nabi Muhammad itu adalah betul-betul rahmatan lil alamin. Dia merupakan tokoh pemersatu di dunia ini,” katanya.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad juga diharapkan kembali menyadarkan seluruh umat Islam bahwa Nabi Muhammad figur yang harus diteladani.

Selama hidupnya, kata dia, Nabi Muhammad itu tidak pernah mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan.

“Bisa dikatakan dalam menghadapi segala macam permasalahan, Nabi Muhammad lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan dan keadilan. Itu yang dilakukan Nabi pada saat itu,” katanya.

Khusus di Indonesia, dia menghimbau seluruh lapisan masyarakat dapat mengimplemetasikan arti penting dari peringatan Maulid Nabi.

Masyarakat, kata dia, juga harus mengimplementasikan akhlakul kharimah atau akhlak baik dan sikap terpuji dari Nabi Muhammad.

“Masyarakat Indonesia harus bisa mencontoh akhlakul kharimah Nabi Muhammad sebagai pribadi, Nabi sebagai anggota keluarga rumah tangganya sendiri, Nabi sebagai kepala negara, Nabi sebagai ilmuwan, Nabi sebagai seniman dan bahkan Nabi juga pernah sebagai pedagang. Jadi Nabi Muhammad itu bisa dikatakan sebagai multitalenta,” tuturnya.

Dia menjelaskan, ketika menunjukkan multitalentanya, Nabi tidak pernah menyinggung perasaan orang lain.

“Itu yang sangat penting. Yang sekarang ini harus bisa kita contoh dan lakukan itu, bagaimana kita ini bisa maju tanpa harus menyinggung orang lain. Kalau kita maju lalu harus menginjak atau menyinggung perasaan orang lain, tentunya itu bukan cara yang pernah dilakukan Nabi Muhammad," tutur Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ini.

Dia mengingatkan masyarakat untuk mencontoh apa yang telah diperbuat Nabi Muhammad untuk menjaga perdamaian terhadap sesama umat dan juga perdamaian dunia.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4848 seconds (0.1#10.140)