Belajar Sepak Bola ke Islandia

Rabu, 11 Oktober 2017 - 07:15 WIB
Belajar Sepak Bola ke Islandia
Belajar Sepak Bola ke Islandia
A A A
Islandia kembali mengukir sejarah dalam dunia sepak bola. Setelah pada 2016 tim nasional mereka lolos ke Piala Eropa Prancis untuk pertama kali, kali ini negara yang hanya berpenduduk 350.000 jiwa ini lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.

Menariknya, Islandia tidak mempunyai tim profesional seperti negara-negara Eropa lainnya. Bahkan jika berbicara soal klub sepak bola profesional, Islandia kalah dengan Indonesia atau negara-negara di Asia Tenggara dan Asia lainnya. Namun kini, prestasi sepak bola Islandia semakin jauh dengan Indonesia yang saat ini juga tengah membangun sepak bolanya.

Di Indonesia, memang masyarakat akhir-akhir ini diberi harapan tentang masa depan sepak bola Indonesia. Mendatangkan pelatih sekelas Luis Milla dari Spanyol yang pernah membawa prestasi puncak pemain muda Spanyol, membuat masyarakat mempunyai harapan lebih kepada prestasi sepak bola di Tanah Air.

Melihat penampilan pemain-pemain muda baik U-22, U-19 dengan pelatih Indra Sjafri, dan U-16 dengan pelatih Fachri Husaini semakin membuat kita semua optimistis dengan masa depan sepak bola nasional. Apalagi, kompetisi profesional yang telah bergulir dengan beberapa catatan, semakin membuat sepak bola Indonesia berprestasi bukan hanya di Asia Tenggara, juga Asia.

Namun, apakah cukup dengan itu? Jika mengacu apa yang telah dilakukan dan diraih Islandia, tentu masih banyak yang harus dibenahi di sepak bola Tanah Air. Islandia menyadari untuk membangun sepak bola yang berkiprah hingga tingkat Eropa atau dunia bukanlah jalan yang instan. Bertahun-tahun mereka membangun sepak bola secara komprehensif.

Tidak adanya kompetisi profesional tidak membuat negeri dengan tingkat literasi tertinggi di dunia (99%) ini tidak patah arang. Minimnya waktu bermain atau berlatih sepak bola karena suhu udara yang bisa minus 30 derajat tak membuat para pemain mudanya malas berlatih. Evolusi atau bahkan revolusi sepak bola telah dilakukan di Islandia. Dan buahnya negeri ini bisa berkiprah di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018.

Islandia memang tidak mempunyai kompetisi profesional di negerinya. Di hampir setiap distrik mereka mempunyai tim sepak bola muda yang melahirkan talenta-talenta pesepak bola kelas dunia. Untuk semakin mengasah kemampuan, pada 2014 sebanyak 58 pemain senior dan 23 pemain yunior bermain secara profesional di luar Islandia.

Ini membuat kemampuan kompetitif (bukan sekadar kemampuan individu) tumbuh dan tidak merasa canggung jika harus berhadapan dengan negara yang mempunyai tradisi sepak bola bagus, seperti Belanda, Inggris, ataupun Jerman.

Cukupkah dengan itu? Ternyata belum. Islandia menyadari bahwa unsur penting dalam membangun sepak bola adalah melahirkan pelatih-pelatih dengan kemampuan bagus. Islandia mengirim orang-orang terbaik untuk menjadi pelatih dengan lisensi UEFA A atau FIFA A.

Hingga akhir 2013 mereka telah melahirkan 560 pelatih dengan lisensi UEFA A dan 165 UEFA B. Jika dilihat jumlahnya, mungkin tidak terlalu banyak, tapi jika dilihat rasio dengan penduduk atau peminat sepak bola di Islandia, maka Inggris atau Jerman akan kalah. Bayangkan dengan penduduk 350.000 dengan 90 klub serta 20.000 pemain, Islandia memiliki sekitar 825 pelatih dengan lisensi UEFA. Mungkin tahun ini sudah bertambah. Jadi, bisa dibayangkan, klub kecil di Islandia mempunyai pelatih berlisensi UEFA. Inilah cikal-bakal untuk bisa melahirkan pemain-pemain muda.

Hal ketiga yang dibangun adalah infrastruktur. Setiap sekolah di Islandia diwajibkan mempunyai lapangan sepak bola dengan beberapa ukuran. Juga dibangun lapangan sepak bola indoor jika musim dingin datang. Sebelumnya, jika musim dingin datang, para pemain tidak bisa berlatih, tapi dengan stadion indoor mereka bisa berlatih penuh selama satu tahun.

Kombinasi pembinaan pemain, melahirkan pelatih berpendidikan, dan infrastruktur yang memadai membuat sepak bola Islandia bisa berbicara di tingkat dunia. Bayangkan jika kompetisi profesional Islandia bisa berjalan, maka mungkin mereka akan lebih berprestasi. Indonesia pantas belajar kepada Islandia jika ingin sepak bolanya lebih berprestasi.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.3021 seconds (0.1#10.140)