Nawacita Fondasi Kerja Bersama

Jum'at, 11 Agustus 2017 - 08:23 WIB
Nawacita Fondasi Kerja Bersama
Nawacita Fondasi Kerja Bersama
A A A
Dr Dewi Aryani MSi
Anggota DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan

SEBENTAR lagi, bangsa Indonesia akan meraya­kan hari ulang tahun ke­merdekaan ke-72. Pada Tahun 2017, tema yang diangkat se­bagai semangat dalam perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia adalah Bekerja Bersama. Ini men­jadi esensi dan ajakan kepada masyarakat Indonesia untuk merangkul dan menge­depan­kan asas kebersamaan.

Sedangkan logo 72 tahun Indonesia Kerja Bersama merupakan representasi dari semangat gotong royong untuk membangun Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Hal itu melambangkan dinamisme pembangunan yang ber­orientasi ke masa depan positif. Slogan ”Kerja Bersama” me­miliki arti menunjukkan pen­dekatan ber­sifat merangkul dan mem­per­lihatkan asas keber­sama­an serta gotong royong dalam mem­bangun Indonesia men­jadi lebih baik.

Sebelum masa pemerin­tah­an Presiden Joko Widodo (Jokowi), perayaan hari kemerdekaan di Istana Merdeka sering kali dihadiri, antara lain, oleh berbagai pejabat tinggi negara, tokoh-tokoh bangsa, serta orang terpilih dari ber­bagai bidang, seperti guru, bi­dang, pus­takawan, dan arsi­paris ter­baik tingkat nasional. Namun pada 17 Agustus 2015, pada HUT RI ke-70, Presiden Jokowi membawa nuansa berbeda. Presiden Jokowi mengundang sedikitnya 2.000 warga biasa ikut dalam upacara di Istana Merdeka. Alhasil, jumlah pe­serta upacara dari kalangan masyarakat biasa lebih banyak, yakni 70% dibandingkan pe­jabat yang hanya 30%.

Diundangnya wong cilik ke istana pada perayaan kemer­deka­an Indonesia bukan saja menunjukkan kedekatan Pre­siden Jokowi dengan rakyat Indo­nesia, tetapi sekaligus melakukan sesuatu perubahan fundamental, yaitu memberi­kan kesempatan lebih besar bagi rakyat Indonesia untuk dapat merayakan hari kemer­dekaan Indonesia bersama-sama dengan para undangan ter­hormat lainnya serta ter­penting bersama presiden yang dicintai rakyatnya.

Nawacita
Pancasila dan Trisakti men­jadi dasar ideologi yang m­e­landasi lahirnya Nawacita. Guna menghadapi berbagai pro­ble­ma­­tika bangsa, ideologi di­butuh­kan sebagai penuntun, penggerak, pemersatu per­juang­­an, dan se­bagai bintang pengarah meng­hadapi berbagai persoalan kru­sial bangsa. Nawa­cita hadir pada saat bangsa Indonesia meng­hadapi tiga per­masalahan besar, yaitu me­rosot­nya wibawa ne­gara, melemah­nya sendi-sendi perekonomian nasional, serta merebaknya in­toleransi dan krisis kepribadian bangsa.

Nawacita mencoba meng­atasi ketiga permasalahan fun­damental tersebut. Pertama, tentang merosotnya wibawa negara akan dapat diatasi de­ngan menghadirkan negara yang bekerja. Kedua, mena­ngani melemahnya sendi-sendi per­ekonomian nasional dapat di­selesaikan dengan jalan mem­promosikan upaya ke­man­diri­an yang menyejahterakan, jujur, dan bertanggung jawab. Ketiga, terkait dengan intoleransi dan krisis kepribadian bangsa dapat dientaskan melalui proses revolusi mental bangsa.

Ketiga jalan perubahan ter­sebut, sebagai manifesto politik Presiden Jokowi juga diuraikan secara lebih komprehensif ke dalam sembilan harapan atau impian sebagai berikut: Per­tama, akan menghadirkan kem­bali negara untuk melindungi segenap bangsa dan mem­beri­kan rasa aman kepada seluruh warga negara. Kedua, hendak membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

Ketiga, akan membangun Indonesia dari pinggiran de­ngan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara persatuan. Keempat, menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, ber­martabat, dan terpercaya. Ke­lima, akan meningkatkan kua­litas hidup manusia Indonesia. Keenam, akan meningkatkan produk­tivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Ke­tujuh, akan mewujudkan keman­diri­an ekonomi dengan meng­gerak­kan sektor-sektor stra­tegis eko­nomi domestik. Ke­delapan, akan melakukan revo­lusi karak­ter bangsa. Kesem­bilan, akan mem­perteguh ke­binekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Nawacita pada kemandirian ekonomi Indonesia oleh Pre­siden Jokowi terus diperkuat de­ngan cara menggerakkan eko­nomi ke­rakyatan, mem­beri­kan perhatian kepada produk-produk Indo­nesia, serta men­dorong land-reform. Ada­pun dalam bidang politik, Nawacita mendorong tercipta­nya negara yang kuat, hadir me­lalui re­for­masi sistem dan pene­gakan hu­kum, memperkuat ke­tahan­an ma­ritim, serta senan­tiasa mem­bangun tata peme­rin­tah­an yang demokratis dan me­lindungi seluruh rakyat Indo­nesia. Dalam strategi kebuda­ya­an, Nawacita secara jenius me­nyadari bahwa Indonesia di­ben­tuk dari kolek­tivitas ke­budayaan yang di­bangun dari desa/daerah kemu­dian bersatu menjadi puncak-puncak ke­buda­yaan bangsa Indonesia.

Nawacita merupakan agenda pembangunan nasional yang harus diperkuat dari berbagai aspek pembangunan agar lebih inklusif dalam mewujudkan tujuan bernegara. Oleh sebab itu, kinerja pembangunan nasional bukan sekadar kinerja pembangunan dalam aksen­tuasi lama, melainkan mem­per­lihatkan efektivitas kebijakan pembangunan yang langsung dirasakan masyarakat. Tang­gung jawab untuk mencapai tujuan pembangunan nasional harus menjadi kerja bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dengan demikian, siner­gitas perencanaan antara pusat dan daerah untuk mengawal agenda prioritas dalam Nawa­cita hanya bisa diwujudkan manakala do­ku­men peren­canaan nasional dan daerah di­rumuskan serta dilak­sana­kan secara konsisten. Wujud kon­sistensi ini diperlihatkan me­lalui sinkronisasi antara sasar­an dan tujuan perencanaan pada ren­cana pembangunan jangka me­nengah daerah (RPJMD) 2015-2019 provinsi dan kabu­paten/ kota yang merupakan pen­jabar­an visi, misi, dan program Pre­siden dan Wakil Presiden 2014-2019.

Penyelarasan perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah, baik rencana lima tahunan maupun tahunan dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) di semua ting­katan pemerintahan.

Keberlanjutan Nawacita
Saat ini pembangunan se­cara besar-besaran dilakukan hampir di seluruh pelosok ne­geri mulai dari perkotaan hing­ga per­desa­an. Pulau Jawa bukan lagi jadi sentral pembangunan seperti sebelum­nya. Aceh yang dijuluki Serambi Mekkah juga ber­benah. Untuk infrastruktur per­­hubungan, pe­me­rintah mem­bangun jalur ke­reta api se­panjang 417,5 km de­ngan 40 stasiun, satu Pelabuhan Nasional Balohan, dan layanan cuaca untuk penerbangan.

Sumatera Utara juga me­rasa­kan pembangunan besar-besar­an. Ratusan kilometer jalan tol baru, ratusan kilometer jalur kereta api, bandar udara, Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei seluas ribu­an hektare yang dilengkapi pe­labuhan laut, pabrik kelapa sawit dan lainnya, serta dibentuknya Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba yang bertanggung jawab atas percepatan pem­bangunan di kawasan Danau Toba. Suatu hal yang puluhan tahun ditunggu-tunggu masya­ra­kat Sumatera Utara.

Jalan Tol Trans Sumatera se­panjang 2.818 km terus dikebut pemerintahan Jokowi. Jalan tol ini akan menghubungkan Bakauheni, Lampung, Sumatera Utara, hingga Aceh. Sementara Tol Padang-Pekanbaru sepan­jang 240 km juga akan segera di­bangun. Tidak ketinggalan daerah-daerah lain, seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan banyak lagi. Bahkan di daerah perbatasan saja sudah dan sedang dibangun 258 km jalan baru.

Tahun 2015 dana desa di­transfer dari pusat sebesar Rp20,8 triliun. Tahun 2016 naik menjadi Rp46,98 triliun dan tahun 2017 menjadi Rp60 triliun. Pemerintah meng­upaya­kan agar tahun 2018 bisa lebih ditingkat­kan lagi. Sedang­kan untuk peng­awasannya Jokowi mengundang KPK. Sampai saat ini sudah 74.910 desa yang me­nerima dana desa yang diper­gunakan untuk mem­bangun desanya.

Sebagaimana layaknya se­orang manusia, Presiden Jokowi tentu memiliki be­be­rapa kekurangan dan ke­lemah­an dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang presiden. Karena harus mengurus negara dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa serta tantangan geo­grafis dengan lebih dari 17.000 pulau yang menjadikan Indo­nesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.

Namun, masih lebih banyak ke­­berhasilan pembangunan yang dilakukan dan ditun­juk­kan Presiden Jokowi, seluruh jajaran Kabinet Kerja, pim­pin­an dan jajaran pemerintah da­erah pro­vinsi dan kabup­aten/kota, serta berbagai pemangku kepen­ting­an lainnya dari Sabang hingga Merauke serta dari Pulau Miang­gas sampai Pulau Rote.

Semoga Presiden Jokowi dapat kembali memimpin pe­laksanaan Nawacita pada pe­riode kedua sehingga berbagai pembangunan di Indonesia me­nuju ke track yang benar untuk mencapai tujuan nasional bang­sa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indo­nesia dan untuk memajukan ke­sejahteraan umum, mencer­das­k­an kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban du­nia yang berdasarkan kemer­deka­an, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Semoga!
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0449 seconds (0.1#10.140)