Indonesia di Tengah Kompetisi dan Ancaman Global

Rabu, 31 Mei 2017 - 16:26 WIB
Indonesia di Tengah Kompetisi dan Ancaman Global
Indonesia di Tengah Kompetisi dan Ancaman Global
A A A
JAKARTA - Indonesia saat ini menghadapi kompetisi dan ancaman global. Dalam persaingan itu tak ada kata lain kecuali menjadi pemenang dan bukan pecundang.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, untuk menjadi bangsa pemenang, ada sejumlah tantangan dan peluang yang akan dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi. Menurutnya energi yang dipakai sekarang juga akan habis, seperti produksi minyak menurun, dan teori selanjutnya gaya hidup akan berubah.

"Perubahan juga terjadi dalam konteks bisnis. Saya ilustrasikan, perusahaan taksi online, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki armada taksi atau sepeda motor, juga bisnis berbasis online lainnya," ujar Gatot dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema, Pengawasan Melalui Peneguhan Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), di Jakarta, Rabu (31/5/2017).

Dia menuturkan, negara yang kalah dalam kompetisi, maka negara tersebut menjadi negara krisis, karena semata jadi negara pasar yang berimbas pada krisis sosial. Selanjutnya, kata dia kompetisi yang tadinya antar negara menjadi antar manusia.

Dia mencontohkan konflik yang disebabkan karena masalah tanah. "Migrasi tidak lagi bukan karena semata pengungsi, tapi ingin mencari pencaharian yang lebih baik. Maka bila kita lengah menjaga bangsa ini, maka akan dampak migrasi tersebut," tuturnya.

Sementara itu Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengakui, di tengah tantangan kompleks, ekspektasi publik semakin besar kepada lembaga yang dipimpinnya karena mengemban amanah mengelola menyangkut agama. Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu ingin membangun optimisme di semua kalangan, bahwa mayoritas bangsa Indonesia masih mempunyai komitmen terhadap Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945.

Menurutnya ketahanan bangsa Indonesia sekarang tidak terlepas dari warisan yang dirumuskan para pendiri bangsa. Warisan tersebut dituturkan dia dicetuskan dari budaya dan identitas lokal Indonesia sebagai bangsa religius dan agamis.

"Inilah yang menjadi kewajiban kita wariskan warisan ini ke generasi penerus. Indonesia yang religius damai dan rukun harus jadi perhatian kita," kata Lukman.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.0001 seconds (0.1#10.140)