Artis, Prostitusi, dan Narkoba

Kamis, 30 Juli 2020 - 19:17 WIB
loading...
Artis, Prostitusi, dan Narkoba
Rio Christiawan
A A A
Rio Christiawan
Kriminolog, Dosen Hukum Universitas Prasetiya Mulya

BELAKANGAN ini masyarakat kembali dihebohkan dengan penangkapan artis HH di Medan dan artis VS yang ditangkap di Lampung karena diduga tersangkut kasus prostitusi. Demikian juga masyarakat kembali dikejutkan dengan penangkapan artis terkait kasus narkoba. Artikel ini akan membahas relasi antara artis, prostitusi, dan narkoba, meskipun harus digarisbawahi bahwa tidak semua artis terlibat prostitusi atau menggunakan narkoba. Artinya, stigma bahwa semua artis memiliki keterkaitan dengan prostitusi dan narkoba harus dikesampingkan.

Secara sosiologis, dalam praktik di masyarakat prostitusi tidak hanya melibatkan oknum yang berprofesi sebagai artis saja. Banyak oknum berprofesi lain terlibat dalam prostitusi baik dalam peran apa pun, demikian juga dengan kasus narkoba juga banyak melibatkan oknum dari profesi lain selain artis. Jika kini masyarakat menyorot pada profesi artis atau yang kerap disebut sebagai selebritas di tengah masyarakat, hal ini dikarenakan profesi artis dipandang sebagai public figure dan banyaknya masyarakat menyorot kehidupan artis juga disebabkan dampak komersialisasi kehidupan artis atau selebritas itu sendiri, baik melalui infotainment maupun melalui media sosial seperti instagram.

Nick Shaw (2010), pakar sosiologi hukum menjelaskan bahwa komersialisasi kehidupan para artis tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa masyarakat akan selalu menaruh perhatian pada perilaku selebritas tersebut. Akibat dari komersialisasi tersebut adalah akan menimbulkan dampak perilaku imitatif pada masyarakat atau masyarakat akan memberikan penilaian pada kehidupan artis tersebut. Contohnya salah satu portal dengan pengikut yang sangat banyak misalnya akun gosip, seperti ‘lambe turah’ dan sejenisnya menunjukkan kebenaran realitas tersebut.

Fakta bahwa ada ketertarikan yang tinggi pada masyarakat untuk mengetahui kehidupan para artis atau selebritas menyebabkan adanya rasa penasaran dalam masyarakat pada kehidupan gemerlap ala selebritas. Kondisi ini menyebabkan dampak baik pada masyarakat yang semakin ‘kepo’ dengan kehidupan selebritas, demikian juga sebaliknya bagi para selebritas akan menimbulkan tekanan tersendiri (seperti di Korea Selatan, banyak artis bunuh diri karena kritik netizen ) atau sebaliknya para selebritas tersebut juga menikmati situasi tersebut dan bahkan mengambil manfaat komersial dari rasa ingin tahu yang berlebihan tersebut. Di sinilah relasi antara artis (oknum), prostitusi, dan narkoba terjadi.

Prostitusi (Oknum) Artis
Dalam memahami prostitusi yang melibatkan (oknum) artis perlu dipahami dari dua perspektif, yakni perspektif masyarakat dan perspektif artis itu sendiri. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan prostitusi yang melibatkan artis, hanya sensasi artis dalam hal ini membuat ketertarikan masyarakat semakin besar. Dalam perspektif masyarakat, artis atau selebritas dengan segala kehidupannya yang gemerlap menimbulkan perspektif bahwa artis itu ‘tidak terjangkau’ (untouchable) dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Masyarakat hanya dapat menikmati selebritas melalui televisi, media sosial, dan media massa.

Sebaliknya, bagi kebanyakan selebritas kehidupan glamor adalah wajib hukumnya, meskipun ada juga selebritas yang berpola hidup sederhana. Kehidupan mewah dan glamor (bahkan hedonis) dari para selebritas tersebut selain menjadi objek komersialisasi, juga dipandang menjadi bentuk eksistensi bagi sebagian (oknum) artis. Akibatnya, jika taraf hidup mewah tersebut tidak dapat dipertahankan dengan profesi artis, maka ada kecenderungan oknum selebritas untuk menghalalkan segala cara demi mencapai gaya hidup mewah sebagai bentuk eksistensinya sebagai selebritas. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi suplai dalam hukum suplai dan demand .

"Menjemput Rezeki" adalah istilah yang santer beredar di masyarakat pada tahun lalu. Istilah ini kala itu dituliskan salah satu selebritas yang terlibat kasus prostitusi. Mulai persidangan kasus Roby Abas (mucikari puluhan artis) hingga kasus terakhir yang melibatkan oknum artis VS dan HH, masyarakat disuguhi dengan tarif prostitusi (oknum) artis yang terbilang tinggi. Lantas mengapa tetap ada demand dari pengguna dan jawabannya adalah ‘sensasi artis’. Pertanyaan berikutnya adalah tentu tarif yang tinggi hanya dapat dibayarkan oleh bukan sembarang masyarakat, lantas dengan berkali-kali terjadi penggerebekan mengapa tetap ada demand? Jawabannya sederhana, proses hukum yang terjadi selama ini hanya menjerat selebritas dan mucikarinya saja. Setidaknya dalam 10 tahun tidak pernah terungkap sosok ‘pengguna’ prostitusi (oknum) selebritas. Itulah sebabnya demand tetap tinggi dan tidak ada efek jera.

Narkoba (Oknum) Artis
Jika pertanyaannya adalah apa yang membuat banyak (oknum) selebritas terlibat dalam kasus narkoba, maka jawabannya adalah sama dengan apa latar belakang prostitusi yang melibatkan oknum artis, jawabannya adalah faktor eksistensi diri. Lobe Tucker (2015), kolumnis lifestyle yang berfokus pada kehidupan selebritas Hollywood menjelaskan bahwa pengertian eksistensi dalam hal ini adalah eksistensi dalam karyanya ataupun eksistensi sebagai selebritas.

Selebritas yang terlibat kasus narkoba tidak saja mereka yang kurang terkenal atau kerap disebut sekuter (selebritis kurang terkenal), tetapi baik di Hollywood maupun di Indonesia, kasus narkoba yang melibatkan selebritas bisa saja melibatkan artis yang terkenal. Mengapa kondisi tersebut bisa terjadi? Jawabannya, karena masyarakat menaruh ekspektasi tinggi pada performa dan karya selebritas tersebut sehingga menyebabkan tekanan bagi selebritas tersebut dan berakhir pada keterlibatannya dalam penggunaan narkoba.

Penggunaan narkoba berikutnya disebabkan tekanan eksistensi sebagai selebritas yang harus tetap mempertahankan kehidupan mewah dan glamor demi tetap mempertahankan eksistensi sebagai selebritas. Jadi, ketika terjadi persoalan ekonomi seperti sepi pekerjaan karena pandemi dan tidak memiliki sumber pemasukan lainnya, maka narkoba kerap kali dipergunakan sebagai bentuk pelarian. Baik pada persoalan keterlibatan oknum selebritas pada narkoba maupun prostitusi, disebabkan oleh adanya pandangan bahwa kehidupan selebritas erat kaitannya dengan hedonisme.

Artinya, dalam hal ini baik masyarakat sebagai ‘penikmat’ kehidupan para selebritas maupun selebritas itu sendiri harus mengubah paradigma bahwa artis atau selebritas adalah insan pekerja seni yang dihargai berdasarkan karyanya dan bukan pada kehidupan mewah dan glamornya belaka. Terjadinya hedonisme pada kehidupan sebagian besar artis juga turut disebabkan oleh sudut pandang yang keliru dari masyarakat yang memandang bahwa seorang artis dinilai dari kehidupan mewahnya. Saat ini, baik masyarakat maupun kalangan artis perlu mengembalikan makna ‘artis’ itu sendiri yang berorientasi pada pencapaian karya. Sebaliknya, masyarakat perlu menggeser paradigma dalam hal ini adalah penikmat dari karya artis, bukan sebagai penikmat kehidupan pribadi artis yang kerap dikomersialkan.
(ras)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0632 seconds (0.1#10.140)