Istihadhah : Pengertian, Kategori dan Penjelasannya yang Penting Diketahui Kaum Wanita

Jum'at, 25 Agustus 2023 - 14:20 WIB
loading...
Istihadhah : Pengertian, Kategori dan Penjelasannya yang Penting Diketahui Kaum Wanita
Istihadhah adalah darah yang keluar dari farji wanita dalam kurun waktu yang relatif lama, atau melebihi kebiasaan lama haidnya yang disebabkan oleh gangguan atau penyakit. Foto ilustrasi/ist
A A A
Dalam Islam, istihadhah adalah darah yang keluar dari kaum wanita selain haid dan nifas. Atau diartikan bahwa istihadhah adalah darah yang keluar di luar waktu haid dan nifas, atau keluar langsung setelah masa haid dan nifas. Kebanyakan kaum Hawa yang mengalaminya, bisa terjadi hampir terus menerus, atau beberapa waktu dalam sebulan.

Pengertian Istihadah sendiri seperti dikutip dari buku 'Fikih Wanita Empat Madzhab' karya Dr Muhammad Utsaman Al-Khasyt, istihadhah adalah darah yang keluar dari farji' wanita dalam kurun waktu yang relatif lama, atau melebihi kebiasaan lama haidnya yang disebabkan oleh gangguan atau penyakit.

Ada beberapa dalil yang menerangkan tentang kondisi darah istihadhah ini. Seperti diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, : "Ya Rasulullah, sungguh aku ini tak pernah suci ”

Dalam riwayat lain, “Aku mengalami istihadhah maka tak pernah suci” (HR Bukhari)

Istihadhah bukan merupakan kebiasaan, pembawaan atau kodrat penciptaan wanita, melainkan urat darah yang terputus sehingga mengeluarkan darah yang berwarna merah dan tidak berhenti kecuali jika sembuh. Secara medis darah istihadhah ini disebut dengan Dysfunctional uterine bleeding(DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan tidak normal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi, karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon tanpa kelainan organ. Menurut penelitian sekitar 90% terjadi bukan pada siklus haid dan 10% pada siklus haid.

Dinukil dari buku Risalah Fid Dimaa’ Ath-Thabii’iyah Lin Nisaa’, yang ditulis Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin, dijelaskan ada tidak kondisi bagi wanita yang mengalami istihadhah ini, yakni:

1.Sebelum mengalami istihadhah, ia mempunyai haid yang jelas waktunya.
Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus-menerus. Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah. Berdasarkan hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi menjawab: Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat. “[HR Bukhari dan Muslim]

Dengan demikian,wanita mustahadhah yang haidnya sudah jelas waktunya menunggu selama masa haidnya itu. Setelah itu mandi dan sholat, biar pun darah pada saat itu masih keluar.

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah tersebut terus-menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali ia mendapati darah.

Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapati darah dan darah itu keluar terus menerus; akan tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya berwama hitam kemudian setelah itu berwama merah, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau maka haidnya yaitu darah yang berwama hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan darah yang berbau (pada kasus ketiga).

Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah istihadhah. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka tinggalkan salat. Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan salat karena itu darah penyakit.” (Abu Dawud, An-Nasa’i dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya.

Misalnya, seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal 5 dan darah itu keluar terus-menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid, baik melalui wama ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam atau tujuh hari dimulai dari tanggal tersebut.

Hal ini berdasarkan hadis Hamnah binti Jahsy radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadah yang deras sekali. Lalu bagaimana pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa? Beliau bersabda:

“Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas dengan melekatkannya pada farji, karena hal itu dapat menyerap darah”. Hamnah berkata: “Darahnya lebih banyak dari itu”. Nabipun bersabda: “Ini hanyalah salah satu usikan syetan. Maka hitunglah haidmu 6 atau 7 hari menurut ilmu Allah Ta’ala lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci, kemudian shalatlah selama 24 atau 3 hari, dan puasalah.”(HR Ahmad,Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Menurut Ahmad dan At-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut Al-Bukhari : Hasan)

Mana saja yang Termasuk dalam Kategori Darah Istihadhah

Untuk memudahkan Muslimah dalam membedakan antara darah haid dengan istihadhah, berikut keterangan lebih lanjut mengenai kategori darah istihadhah yang dilansir dari buku Darah Haid karya Isnawati,LC.

1. Darah Sebelum Usia 9 Tahun

Dalam hadis nabi disebutkan bahwa:

إِذَا بَلَغَتِ اَلْجاَرِيَةِ تِسْعَ سِنِيْنَ فَهِيَ امْرَأَةٌ


"Apabila seorang wanita muda telah mencapai usia 9 tahun, maka dia adalah seorang wanita dewasa." (HR. Al-Baihaqi).

Oleh karenanya, apabila ada seorang anak yang mengalami keluar darah seperti darah haid, padahal usianya belum 9 tahun, maka itu bukanlah darah haid. Melainkan bisa dikategorikan ke dalam darah istihadhah atau darah fasad (rusak).

2. Darah Menopause

Apabila wanita yang sudah menopause kemudian keluar darah, maka bisa dipastikan bahwa itu bukanlah darah haid, melainkan darah Istihadhah.

3. Darah yang Keluar di masa Suci dari Haid

Maksimal periode haid bagi wanita menurut ulama kebanyakan adalah 15 hari, sehingga apabila seorang perempuan keluar darah lebih dari 15 hari tersebut atau di hari ke 16, maka darah yang keluar disebut istihadhah dan diwajibkan untuk shalat karena masih dihukumi suci.

4. Darah yang Keluar Sebelum Melahirkan

Menurut pendapat ulama seperti Hanafi, Maliki, dan sebagian ulama Syafi'i berpendapat bahwa darah yang keluar saat menjelang bersalin bukanlah darah haid, melainkan itu termasuk darah istihadhah atau fasad (rusak)

5. Darah Lemah

Maksud dari darah lemah adalah darah yang keluar dari wanita, dan si wanita melihat adanya darah yang kuat dan darah yang lemah. Hal ini dilihat dari kekentalan dan bau. Adapun darah lemah ini dihukumi sebagai darah istihadhah, yakni saat melebihi masa haid (15 hari)

Perbedaan Istihadhah dengan Darah Haid atau Nifas

Mengutip sumber yang sama seperti poin di atas, berikut ini adalah perbedaan mendasar tentang darah istihadah dengan darah lainnya:

1. Tidak Mengena Usia Minimal dan Maksimal

Wanita bisa kapan saja mengalami istihadhah, baik sebelum umur 9 tahun, 50 tahun, atau kapan saja.

2. Tidak Ada Jadwal Pasti

Istihadhah tidak keluar begitu saja dengan jadwal tertentu. Darahnya bisa keluar seringa tau jarang. Namun, istihadhah tidak mempunyai ketetapan seperti darah haid yang sudah pasti keluar setiap bulan.

3. Darahnya adalah Darah Penyakit

Berbeda dengan haid yang keluar dari Rahim wanita dan menandakan bahwa wanita tersebt sehat dan normal, keluarnya darah haid pada hakikatnya adalah darah penyakit.

4. Warna

Warna darah istihadhah kadang berwarna merah pucat tanpa aroma atau bau yang menyengat seperti halnya darah haid.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : enam atau tujuh hari tersebut bukan untuk memberikan pilihan, tapi agar si wanita berijtihad dengan cara memperhatikan mana yang lebih mendekati kondisinya dari wanita lain yang lebih mirip kondisi fisiknya, lebih dekat usia dan hubungan kekeluargaannya serta memperhatikan mana yang lebih mendekati haid dari keadaan darahnya dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Jika kondisi yang lebih mendekati selama 6 hari, maka dia hitung masa haidnya 6 hari; tetapi jika kondisi yang lebih mendekati selama 7 hari, maka dia hitung masa haidnya 7 hari.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1374 seconds (0.1#10.140)