Lawatan Strategis Raja Salman

Sabtu, 25 Februari 2017 - 10:13 WIB
Lawatan Strategis Raja Salman
Lawatan Strategis Raja Salman
A A A
RAJA Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dijadwalkan berkunjung ke Indonesia pada Rabu (1/3) mendatang. Kunjungan ini sangat strategis karena pemimpin Arab Saudi ini membawa serta rombongan yang berjumlah 1.500 orang. Karenanya hal ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi peningkatan kerja sama kedua negara yang saling menguntungkan.

Kedatangan ini bersejarah. Kunjungan terakhir raja Saudi ke Indonesia pada 1970 lalu adalah kedatangan Raja Faisal bin Abdul Aziz selama tiga hari. Kini rombongan Raja Salman akan berada di Indonesia selama sembilan hari. Tiga hari di Jakarta, selebihnya mereka akan berlibur ke Bali. Rencananya Raja Salman akan diterima Presiden Joko Widodo dan bertandang ke DPR. Raja Salman juga akan menyempatkan diri salat di Masjid Istiqlal.

Lawatan Raja Salman ini memiliki sejumlah makna penting bagi Indonesia. Pertama, kunjungan ini merupakan bentuk pengakuan akan pentingnya Indonesia. Arab Saudi merupakan salah satu negara terkaya dan sangat berpengaruh di Timur Tengah. Karena itu fenomena ini juga akan meningkatkan citra positif Indonesia di tingkat global, khususnya di Timur Tengah. Ditambah lagi, selama ini Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Kedua, kunjungan ini harus dimaknai serius sebagai sebuah peningkatan hubungan kerja sama antarkedua negara. Apalagi dalam kesempatan ini akan dilakukan sejumlah kesepakatan penting. Salah satunya investasi Saudi Aramco dalam perluasan proyek kilang di Cilacap, Jawa Tengah, senilai USD6 miliar. Masih ada sejumlah proyek lain yang akan ditandatangani dengan total mencapai USD25 miliar.

Angka investasi tersebut tentu sangat besar. Sebagai gambaran, dalam lima tahun terakhir, investasi Arab Saudi di Indonesia hanya sekitar USD34 juta. Tak mengherankan jika Arab Saudi merupakan negara investor ke-22 bagi RI dengan jumlah investasi sekitar Rp1,6 triliun. Jumlah ini tentu sangat kecil bila dibandingkan dengan investasi dari Singapura, Jepang maupun China. Karena itu kita berharap rencana investasi dari Arab Saudi itu bisa benar-benar menjadi kenyataan yang pada gilirannya bisa mendorong kemajuan ekonomi bangsa ini.

Karena itu Indonesia tak boleh setengah-setengah dalam melakukan lobi dalam lawatan Raja Salman ini. Perubahan struktur ekonomi Arab Saudi yang tak mau lagi hanya bergantung pada minyak bisa menjadi pijakan Indonesia untuk menarik lebih besar lagi dana dari Saudi ke Indonesia. Karena ada banyak sekali bidang yang bisa digarap oleh kedua negara mulai infrastruktur, perbankan hingga pariwisata.

Ketiga, kepergian Raja Salman ke Bali juga sangat positif bagi upaya peningkatan pariwisata. Kunjungan wisman tahun lalu dari Timur Tengah belum besar, yakni sekitar 581.000 orang, sebanyak 200.000 di antaranya berasal dari Saudi. Pelesiran Raja Salman dan rombongan ke Pulau Dewata ini diharapkan bisa menjadi promosi gratis dan menarik minat khususnya bagi wisatawan muslim dari Timur Tengah.

Keempat, Pemerintah Indonesia harus juga memanfaatkan momen spesial ini untuk menyelesaikan sejumlah isu krusial lain. Salah satunya masalah haji. Pemerintah perlu meminta lagi jumlah kuota haji seiring dengan tingginya animo masyarakat Indonesia untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Selain kuota, pemerintah harus menegosiasi ulang soal peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan haji dengan Arab Saudi. Sebagai pemegang kuota terbesar haji, yakni 221.000 jamaah, Indonesia seharusnya memiliki bargaining power yang tinggi untuk meminta keistimewaan bagi jamaah Indonesia. Misalnya soal pemondokan agar tidak terlalu jauh dari Masjidilharam.

Kesempatan emas ini juga harus dioptimalkan untuk menyelesaikan nasib para WNI yang terlibat berbagai kasus pidana di sana. Isu lain yang tak kalah penting adalah bagaimana kedua negara juga merumuskan langkah untuk mengatasi dan mencegah munculnya radikalisme yang akhir-akhir ini makin marak di Indonesia. Intinya adalah jangan sampai peluang besar kedatangan Raja Salman ini disia-siakan dan sekadar menjadi acara simbolik tanpa makna bagi kesejahteraan bangsa.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8424 seconds (0.1#10.140)